Tai Chi Chuan adalah sebuah bentuk seni beladiri dan senam kesehatan aliran halus dari negeri China. Tai Chi terbagi menjadi berbagai gaya yang pada dasarnya berasal dari satu akar dan konsep dasarnya hampir sama, namun bentuk gerakannya berbeda-beda. Adapun gaya-gaya Tai Chi yang terkenal adalah gaya Chen, gaya Yang, gaya Sun dan gaya Wu. Yang paling terkenal adalah gaya Yang, gaya ini telah menjadi standar pengajaran Tai Chi ke seluruh dunia, yaitu lewat sebuah rangkaian gerak yang disebut Beijing 24 Step atau Senam Tai Chi gaya 24 langkah yang telah distandardisasi oleh pemerintah Republik Rakyat China (RRC) sebagai bentuk baku untuk mengajarkan Tai Chi.
Menurut legenda, Tai Chi diciptakan oleh Zhang Shan Feng (di Indonesia dikenal sebagai Thio Sam Hong) seorang pendeta Tao yang tinggal di gunung Wudang di barat laut provinsi Hubei, China. Gunung Wudang yang terletak di Barat Laut Provinsi Hubei memang sangat terkenal akan keindahannya dan menjadi pusat aliran Tao sejak abad ke-7. Ada 2 versi mengenai Thio Sam Hong ini. Yang satu terkenal dengan kemampuan beladirinya, yang hidup pada masa Dinasti Song (960-1279 M) dan yang lainnya adalah pendeta Tao yang hidup pada masa Dinasti Ming (1368-1644 M) yang terkenal sebagai jago pedang.
Dikisahkan bahwa Thio Sam Hong mempelajari Tao di gunung Wudang dan mencoba memecahkan misteri Yin-Yang, yang merupakan teori dari delapan diagram. Thio Sam Hong juga mencoba mempelajari rahasia kehidupan abadi dengan mengamati kehidupan burung bangau dan kura-kura yang merupakan dua hewan yang berumur panjang. Padahal orang-orang pada masa itu rata-rata hanya berumur 40-50 tahun. Kemudian terungkaplah rahasia kedua binatang yang berumur panjang tersebut. Yakni keseimbangan kaki sang bangau dan putaran leher selaras dari kura-kura. Hal ini terlihat dari banyaknya gerakan Tai Chi yang meniru prilaku dan gerakan kedua hewan tersebut.
Dalam usahanya menciptakan gerakan Tai Chi ini, Thio Sam Hong memperoleh inspirasi dari pohon pinus yang selalu hijau sepanjang masa (ever green tree). Pada suatu malam di musim dingin, salju turun begitu deras dan keesokan harinya semua tumbuh-tumbuhan patah diterpa angin dan salju, kecuali hanya pohon pinus yang tetap berdiri tegak. Dengan rasa heran, ia amati semua kejadian itu. Pada saat salju turun dan menumpuk di atas ranting pohon pinus, ranting itu mulai melengkung diberati tumpukan salju yang semakin tebal, tetapi pada saat ranting itu mencapai titik lengkung tertentu, seluruh salju itu jatuh ke bawah dan ranting itu melenting kembali ke posisi semula tanpa mengalami kerusakan.
Kejadian itu menerangi pikirannya tentang konsep seni bela diri yang dicarinya. Bukan atas dasar menyerang seperti yang selama ini dilakukannya, melainkan atas dasar menerima dan suatu saat dengan tenaga secukupnya, membelokkan dan membiarkan beban itu jatuh karena beratnya sendiri. Disamping inspirasi yang diperolehnya dari pohon pinus, secara tak sengaja Thio Sam Hong melihat perkelahian antara seekor ular dan seekor burung bangau. Berbagai kejadian tersebut memberinya pencerahan untuk mengembangkan 13 sikap Tai Chi yang menjadi dasar dari gerakan Tai Chi sekarang.
Atas dasar prinsip-prinsip tersebut maka dalam latihan Tai Chi diutamakan keluwesan, kelemasan, kontinuitas, perlahan seolah-olah tanpa tenaga. Meminjam istilah Chin Yung pada kisah To Liong To adalah: "Berat seperti gunung, ringan seperti kapas. Yang lemah menindas yang kuat, yang tenang menguasai yang bergerak, yang bergerak belakangan menguasai yang duluan."
Dan dari ajaran beliau ini kemudian dikembangkan oleh Chen Wang Ting di abad ke-15. Dari ajaran Chen Wang Ting inilah lahir Tai Chi gaya Chen, gaya yang tertua. Gaya Chen ini kemudian dimodifikasi lagi oleh murid-murid di generasi berikutnya, sehingga lahirlah gaya Yang, didirikan oleh Yang Lu Chan di abad ke-16, gaya Wu oleh Wu Yu Xiang di abad ke-17 dan gaya Sun oleh Sun Lu Tang di abad ke-19.
Senam Tai Chi kemudian berkembang menjadi bentuk latihan yang digemari, karena memiliki manfaat kesehatan yang baik dan, dengan latihan yang tekun dan sangat mendalam, bisa digunakan untuk pembelaan diri. Oleh karena itu, pemerintah RRC kemudian menciptakan jurus standar untuk pengajaran senam Tai Chi ini sebagai bagian dari olahraga Wushu, yang dikenal dengan nama 24 langkah Tai Chi Beijing pada tahun 1956, dan 42 langkah Tai Chi kompetisi pada tahun 1989. Kedua set standard ini dianggap lebih mudah untuk diajarkan dan ditampilkan daripada jurus tradisional yang lebih panjang dan sulit.
Keistimewaan latihan Tai Chi akan terlihat pada orang yang melakukan gerakan tersebut bertahun-tahun, gerakan yang dilakukan menjadi indah dan sempurna seperti tarian kosmis alam semesta.Karena gerakan Tai Chi tidak membutuhkan tenaga, kecepatan dan sebagainya. Pengulangan gerakan Tai Chi ini merupakan langkah untuk membangun kesehatan orang yang melatihnya setahap demi setahap. Karena orang yang berlatih Tai Chi dapat memulihkan kesegaran fisiknya dan memiliki ketahanan tubuh yang prima.
~ Herry ~
Menurut legenda, Tai Chi diciptakan oleh Zhang Shan Feng (di Indonesia dikenal sebagai Thio Sam Hong) seorang pendeta Tao yang tinggal di gunung Wudang di barat laut provinsi Hubei, China. Gunung Wudang yang terletak di Barat Laut Provinsi Hubei memang sangat terkenal akan keindahannya dan menjadi pusat aliran Tao sejak abad ke-7. Ada 2 versi mengenai Thio Sam Hong ini. Yang satu terkenal dengan kemampuan beladirinya, yang hidup pada masa Dinasti Song (960-1279 M) dan yang lainnya adalah pendeta Tao yang hidup pada masa Dinasti Ming (1368-1644 M) yang terkenal sebagai jago pedang.
Dikisahkan bahwa Thio Sam Hong mempelajari Tao di gunung Wudang dan mencoba memecahkan misteri Yin-Yang, yang merupakan teori dari delapan diagram. Thio Sam Hong juga mencoba mempelajari rahasia kehidupan abadi dengan mengamati kehidupan burung bangau dan kura-kura yang merupakan dua hewan yang berumur panjang. Padahal orang-orang pada masa itu rata-rata hanya berumur 40-50 tahun. Kemudian terungkaplah rahasia kedua binatang yang berumur panjang tersebut. Yakni keseimbangan kaki sang bangau dan putaran leher selaras dari kura-kura. Hal ini terlihat dari banyaknya gerakan Tai Chi yang meniru prilaku dan gerakan kedua hewan tersebut.
Dalam usahanya menciptakan gerakan Tai Chi ini, Thio Sam Hong memperoleh inspirasi dari pohon pinus yang selalu hijau sepanjang masa (ever green tree). Pada suatu malam di musim dingin, salju turun begitu deras dan keesokan harinya semua tumbuh-tumbuhan patah diterpa angin dan salju, kecuali hanya pohon pinus yang tetap berdiri tegak. Dengan rasa heran, ia amati semua kejadian itu. Pada saat salju turun dan menumpuk di atas ranting pohon pinus, ranting itu mulai melengkung diberati tumpukan salju yang semakin tebal, tetapi pada saat ranting itu mencapai titik lengkung tertentu, seluruh salju itu jatuh ke bawah dan ranting itu melenting kembali ke posisi semula tanpa mengalami kerusakan.
Kejadian itu menerangi pikirannya tentang konsep seni bela diri yang dicarinya. Bukan atas dasar menyerang seperti yang selama ini dilakukannya, melainkan atas dasar menerima dan suatu saat dengan tenaga secukupnya, membelokkan dan membiarkan beban itu jatuh karena beratnya sendiri. Disamping inspirasi yang diperolehnya dari pohon pinus, secara tak sengaja Thio Sam Hong melihat perkelahian antara seekor ular dan seekor burung bangau. Berbagai kejadian tersebut memberinya pencerahan untuk mengembangkan 13 sikap Tai Chi yang menjadi dasar dari gerakan Tai Chi sekarang.
Atas dasar prinsip-prinsip tersebut maka dalam latihan Tai Chi diutamakan keluwesan, kelemasan, kontinuitas, perlahan seolah-olah tanpa tenaga. Meminjam istilah Chin Yung pada kisah To Liong To adalah: "Berat seperti gunung, ringan seperti kapas. Yang lemah menindas yang kuat, yang tenang menguasai yang bergerak, yang bergerak belakangan menguasai yang duluan."
Dan dari ajaran beliau ini kemudian dikembangkan oleh Chen Wang Ting di abad ke-15. Dari ajaran Chen Wang Ting inilah lahir Tai Chi gaya Chen, gaya yang tertua. Gaya Chen ini kemudian dimodifikasi lagi oleh murid-murid di generasi berikutnya, sehingga lahirlah gaya Yang, didirikan oleh Yang Lu Chan di abad ke-16, gaya Wu oleh Wu Yu Xiang di abad ke-17 dan gaya Sun oleh Sun Lu Tang di abad ke-19.
Senam Tai Chi kemudian berkembang menjadi bentuk latihan yang digemari, karena memiliki manfaat kesehatan yang baik dan, dengan latihan yang tekun dan sangat mendalam, bisa digunakan untuk pembelaan diri. Oleh karena itu, pemerintah RRC kemudian menciptakan jurus standar untuk pengajaran senam Tai Chi ini sebagai bagian dari olahraga Wushu, yang dikenal dengan nama 24 langkah Tai Chi Beijing pada tahun 1956, dan 42 langkah Tai Chi kompetisi pada tahun 1989. Kedua set standard ini dianggap lebih mudah untuk diajarkan dan ditampilkan daripada jurus tradisional yang lebih panjang dan sulit.
Keistimewaan latihan Tai Chi akan terlihat pada orang yang melakukan gerakan tersebut bertahun-tahun, gerakan yang dilakukan menjadi indah dan sempurna seperti tarian kosmis alam semesta.Karena gerakan Tai Chi tidak membutuhkan tenaga, kecepatan dan sebagainya. Pengulangan gerakan Tai Chi ini merupakan langkah untuk membangun kesehatan orang yang melatihnya setahap demi setahap. Karena orang yang berlatih Tai Chi dapat memulihkan kesegaran fisiknya dan memiliki ketahanan tubuh yang prima.
~ Herry ~