BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 19 Juli 2012

YANG DILIHAT & DIDENGAR DI PUNCAK GUNUNG

Dahulu kala, ditempat yang sangat jauh, ada seorang kepala suku sedang sakit keras. Lalu dia memanggil 3 pemuda gagah dan kuat serta paling berbakat yang ada dikampung itu, berkata kepada mereka, "

Saya sudah akan meninggalkan dunia ini, saya menginginkan kalian melakukan hal yang terakhir untuk saya.

Kalian bertiga adalah pemuda sehat, bertenaga, dan lebih pintar dari bijaksana dari semua penduduk yang ada dikampung ini.  Sekarang, kalian pergilah mendaki gunung yang paling tinggi dan sakral, sebisa mungkin mendaki  sampai ke puncak, lalu kalian kembali kesini memberitahu saya apa yang kalian lihat dan dengar?" 

Tiga hari kemudian, salah satu dari ke tiga pemuda ini kembali, dengan tersenyum gembira, dan baju yang rapi dia berkata kepada kepala suku, "Kepala suku, saya telah sampai dipuncak gunung, saya melihat bunga-bunga tumbuh dengan indah, sumber air mengalir dengan jernih, suara kicauan burung terdengar dimana-mana, tempat itu lumayan juga !."

Kepala suku dengan tertawa berkata, "Anakku, jalan yang engkau lalui dahulu juga pernah saya lalui. Yang engkau katakan tempat yang penuh bunga dan kicauan suara burung bukan puncak gunung, itu adalah kaki gunung sekarang engkau pulanglah!"

Sebulan kemudian, pemuda yang kedua juga sudah pulang, dia kelihatan sangat capek dan wajahnya sangat kumuh. "Kepala suku, saya sudah berada dipuncak gunung, saya melihat hutan yang penuh dengan pohon pinus dan saya melihat burung elang berterbangan disana, itu adalah sebuah tempat yang bagus."
"Sungguh sayang! Anakku, itu bukan puncak gunung, tetapi adalah pertengahan gunung. Maaf sudah menyusahkan kamu, sekarang kamu pulanglah!"

Setelah sebulan lagi berlalu, semua orang sudah mulai khawatir kepada pemuda ke tiga yang masih belum pulang, dia melangkah dengan tergopoh-gopoh, bajunya yang sudah compang-camping, bibirnya pecah-pecah, hanya kedua matanya memancarkan sinar yang cemerlang.

"Kepala suku, akhirnya saya sampai ke puncak gunung. Tetapi, harus bagaimanakah saya menceritakan keadaan disana? Disana hanya ada angin kencang yang menyedihkan, langit biru kelihatan diempat penjuru."

"Apakah engkau disana sungguh tidak melihat apapun? Apakah disana tidak ada seekor kupu-kupupun?"

"Benar kepala suku, diatas sana sama sekali tidak ada sesuatu. Yang dapat dilihat hanyalah diri sendiri, seperti "seseorang" yang diletakkan di tepi langit merasa diri sendiri sangat kecil."

"Anakku, engkau sudah benar-benar sampai ke puncak gunung, menurut adat suku kita, engkau ditakdirkan menjadi penerus pemimpin suku kita, selamat anakku."

Apa yang dialami oleh pahlawan sejati ini? Yang dia alami adalah sekujur tubuh yang luka, kesepian karena sendirian dalam perjalanan yang panjang, dan juga merasa dirinya semakin lama menjadi semakin kerdil karena berada di alam bebas yang tinggi yang tidak ada sesuatupun. [Rinni Tjia / Tanjung Pandan]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA