BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 17 Mei 2012

YUE FEI INGAT KEBAIKAN GURU ZHOU TONG

Orang-orang Tionghoa zaman dulu selalu menghargai guru-guru mereka. Itu adalah nilai tradisional yang terbentuk antara hubungan antara guru dan pelajar. Dalam mengajar anak didiknya, guru diharapkan untuk menanamkan ilmu pengetahuan serta kebijaksanaan mengenai bagaimana untuk berperilaku di tengah masyarakat.

Kewajibannya untuk mengajarkan kebijakan sepanjang hidup yang bernilai ini bagaikan pepatah, "Seorang guru dalam sehari harus dihargai bagaikan seorang ayah dalam satu masa kehidupan." Masyarakat memperhatikan sikap mereka, mereka mempelajari prinsip kehidupan yang baik, bagaimana berperilaku harmonis dengan sesama manusia dan alam. Hal-hal inilah yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan pahala. Banyak hal-hal ini dipelajari dari para guru, oleh karenanya mereka sangat berterimakasih kepada kebaikan guru.

Dibawah ini adalah kisah antara guru dan murid dari Tiongkok kuno:

Yue Fei adalah seorang pahlawan dari Dinasti Song. Dia terlahir dari keluarga miskin, ayahnya meninggal saat dia masih kanak-kanak. Karena tidak punya uang, ia tidak bisa bersekolah, namun dia punya keinginan kuat untuk belajar, dan sering ikut belajar dari jendela kelas sekolah saat guru sedang memberi pelajaran. Karena dia tidak punya pinsil dan kertas untuk menulis, dia hanya menulis di tanah dengan ranting kayu.

Guru Zhou Tong sering memperhatikannya diam-diam, dan menyadari bahwa anak ini serius mengikuti pelajaran, dan kemudian menawarkannya sekolah tanpa harus membayar uang sekolah. Sejak saat itu Yue Fei giat bersekolah. Yue Fei diajari bagaimana untuk menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, masyarakat serta negara. Di buku tulisnya, dia selalu membaginya demikian: halaman kiri mengenai liteatur, di halaman kanan tentang keahlian berperang.  Dia mempelajari teknik istimewa bagaimana untuk menjadi pemanah jitu. Karena ketekunannya belajar, dia menjadi master baik di ilmu liteatur dan keahlian berperang. Dia kemudian diangkat menjadi jendral pada Dinasti Song dan ditakuti musuh-musuh negara.

Saat guru Zhou Tong wafat, Yue Fei mengadakan upacara duka untuknya dan menghormatinya bagaikan ayah. Sebelum ia wafat, setiap tanggal 1 dan 15 setiap bulannya, ia mengunjungi rumah mantan gurunya itu, baik Zhou Tong sedang di rumah atau sedang pergi, Yue Fei tetap datang ke sana untuk menghormatinya. Dia akan mengeluarkan busur yang diberikan Zhou Tong dan melepaskan tiga anak panah ke langit. Dia berkata, "Guru telah mengajarkan saya bagaimana untuk menjadi orang berguna, dan setia pada negara. Guru mengajarkan saya keahlian tempur dan pemanah jitu dengan busur dan anak panah. Saya tak dapat melupakan apa yang dia lakukan untuk saya."

Masyarakat Tiongkok kuno punya pepatah, "Semua tokoh pendiri aliran Tao, Buddha dan Konfusius mempunyai guru. Semua kaisar terkenal juga mempunyai guru. Orang-orang yang tidak menghargai gurunya tidak akan mendapatkan apapun. Semua orang suci di sejarah menunjukkan penghormatan dan respek mereka terhadap guru-guru mereka, dan menjadi teladan bagi generasi penerus. [Anita Li / Jayapura]

* Sumber: Google Search Engine

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA