BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 17 Mei 2012

KAISAR MENGAJARKAN ANAK MEMBACA BUKU 120 KALI

Pada periode awal Dinasti Qing, Kaisar Kang Xi mempunyai metode istimewa untuk mengajari keturunannya. Kaisar mempunyai 35 anak laki-laki, 20 anak perempuan, dan 97 cucu.

Dia menggunakan berbagai macam cara untuk mengajarkan anak-anak dan cucu-cucunya. Dia juga memiliki sebuah ruang belajar di Taman Chang Chun. Pada era Kang Xi, ruang belajar itu berlokasi di Wu Yu Zhai (Ruang tanpa kenyamanan). Menempatkan anak di ruang belajar mencegah anak tersebut timbul niat main-main atau bermalas-malasan.

Mari kita ambil contoh satu hari saat kaisar mengajarkan anak-anaknya:

Di suatu pagi, dari jam 3 sampai jam 5 pagi, para pangeran mengulang pelajaran hari sebelumnya sebelum bersokolah. Putera mahkota saat itu berumur 13 tahun, dan dia harus bangun pagi-pagi sekali untuk bersekolah. Dari jam 5 – 7 pagi, para guru datang ke ruang belajar. Guru Manchuria, Da Ha Ta, dan Guru Mandarin, Tang Bin Deng, bersama-sama menilai PR murid-muridnya. Bersamaan itu, para murid menghafal pelajaran, mengulang pelajaran dengan cara membacanya keras-keras, namun berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan. Lalu guru mandarin memberikan satu paragraf lagi bagi para murid untuk dihafalkan.

Dari jam 7 sampai jam 10, Kaisar Kang Xi pergi dari tahtanya menuju ruang belajar. Kang Xi secara acak memilih paragraf didalam buku dan menunjuk salah seorang untuk menjelaskannya luar kepala dengan sempurna, tanpa salah. Kang Xi berkata, "Saat saya muda, saya akan membaca buku dengan suara keras selama 120 kali, dan mengulangnya kembali 120 kali. Itulah mengapa sampai sekarang saya mampu menghafal paragraf demi paragraf."  Seorang anak bertanya, "Bukankah cukup untuk mengulangnya 100 kali?" Kang Xi berkata bahwa harus sampai 120 kali. Lalu dia bertanya pada guru, bagaimana nilai anak-anaknya.

Beberapa guru memuji-muji putera mahkota yang sangat pandai dan mampu mengulang pelajaran dengan baik. Kang Xi berkata: "Kamu jangan hanya memuji dia, seharusnya lebih banyak mengkritik dia. Ini untuk mencegah dia menjadi arogan." Lalu ia pergi untuk kembali mengurus urusan negara.

Karena hari itu musim panas, cuaca sangat panas.  Tetapi anak-anak tidak diperbolehkan mempunyai satu kipas untuk dirinya sendiri dan mereka harus tetap duduk lurus. Dari jam 9 sampai jam 11, mereka belajar kaligrafi, harus menulis setiap sebanyak 100 kali. Istirahat makan siang dari jam 11 sampai jam 1. Setelah itu, dari jam 1 siang sampai jam 3,  mereka melanjutkan belajar di udara terbuka, yakni belajar menunggang kuda dan memanah.

Dari jam 3 sampai jam 5, Kang Xi kembali lagi ke ruang belajar untuk melihat pekerjaan anak-anaknya. Dia juga mendengarkan mereka mengulang pelajaran mereka. Mereka mengarang puisi dan membacakannya untuk Kaisar. Dari jam 5 sampai jam 7, mereka mempraktekkan kemahiran memanah.

Pertama-tama anak-anak dulu memanah, kemudian guru memanah untuk menunjukkan pembetulan, dan terakhir kaisar sendiri juga ikut memanah, dengan cara memberi contoh inilah anak-anak dididik. Menurut kisah sejarah, setiap kali kaisar yang memanah, pasti berhasil mencapai tepat di mata tengah papan sasaran. Beginilah, dari jam 3 sampai jam 7, tanpa istirahat, latihan memanah dilakukan, sepanjang musim panas dan termasuk musim dingin.

Dari kejadian diatas kita dapat melihat bahwa kaisar Kang Xi mendidik anaknya menggunakan disiplin yang ketat. Dari tutornya, anak didik Kang Xi mengembangkan banyak bakat. Bakat pertama adalah politik. Anak lelakinya,Yong Zheng, kemudian menjadi kaisar selanjutnya. Cucunya, Qian Long, menjadi kaisar penerus Yong Zheng. Baik Yong Zheng dan Qian Long adalah kaisar yang luar biasa dalam sejarah China. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Kang Qi sangat berhasil.

Bakat kedua adalah ilmu pengetahuan. Anak ketiga Kang Xi, Yin Zhi, adalah seorang ilmuwan hebat. Ia juga adalah penulis buku "Kompilasi Zaman Dulu dan Masa Kini", yang mempunyai 10.000 seri.

Bakat ketiga adalah seni. Beberapa pangeran sangat mahir dalam kaligrafi dan melukis. Bakat keempat adalah bakat kehidupan. Banyak dari ibu-ibu pangeran tersebut adalah selir, tidak mempunyai status tinggi dalam istana. Namun para pangeran tersebut tidak bersaing atau berebut posisi kaisar, dan hidup damai satu sama lain, saling mendukung dan sangat produktif.

Karena kesuksesan metode pembelajaran Kang Xi, tidak ada satupun anak didiknya yang menjadi orang berwatak buruk, playboy ataupun melakukan hal jahat/merugikan orang lain. [Susi Ng / Balikpapan]

* Sumber: Google Search Engine

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA