Legenda itu menceritakan ada seorang tua, yang sejak lahir sudah memiliki bakat bisa melihat setan dan Dewa, tetapi moral orang tua tersebut sangat baik, dia hidup dengan jujur dan sederhana tidak pernah berulah yang bukan-bukan. Hari itu, di kota kecil tempat itu ada pasar malam kelenteng, sangat banyak orang yang pergi ke sana berbelanja, orang tua itu juga adalah salah satu diantaranya.
Ketika orang tua tersebut berjalan-jalan di pasar, ia melihat ada seorang penganut Tao berjalan disana, tubuh Taois tersebut membawa cahaya pelangi yang seumur hidupnya tidak pernah dia jumpai. Didalam hati dia tahu, Taois tersebut sudah mendapatkan kesempurnaan. Maka dia tidak ingin pergi melihat-lihat lagi, terus membuntuti orang tersebut.
Dia melihat Taois tersebut juga tidak pergi ke pasar malam, setelah melewati jalanan tempat orang berjualan, orang yang berlalu-lalang juga makin sedikit, Taois tersebut menghentikan langkah dan menoleh kepada orang tua itu. Taois bertanya: "Mengapa Anda selalu mengikuti saya? Ada perlukah?"
Orang tua itu menjawab: "Saya melihat tubuh Anda penuh cahaya warna-warni, saya tahu bahwa Anda seorang Taois yang sudah mendapatkan kesempurnaan, saya ingin belajar pada Anda agar bisa menjadi Dewa." Taois itu hanya tertawa dan tidak memberikan jawaban apa-apa, membalikkan badan dan melanjutkan berjalan. Tapi orang tua tersebut mengikuti terus di belakangnya.
"Berjalan sebentar lantas Taois tersebut berhenti lagi, dengan menunjuk pada seonggok kotoran yang ada di jalanan. Dia berkata kepada orang tua: "Anda orang tua membuntuti saya terus begini juga tidak benar, begini saja, jika Anda makan kotoran itu, maka saya akan mengajak Anda pergi, bagaimana?
Setelah mendengarkan perkataan Taois ini, dia buru-buru jongkok dipinggir kotoran itu lalu memutar-mutar dengan jarinya, dengan keberatan dia berkata: "Begini kotor dapatkah dimakan?"
Taois tersebut menghela napas dan berkata: "Ah, kelihatannya Anda dan saya tidak berjodoh. Anda pulanglah, saya mau pergi." Selesai berbicara dia sudah pergi.
Dengan bingung sepertinya sudah linglung, orang tua tersebut berjalan lemas pulang ke rumahnya, satu-satunya kesempatan bisa menjadi Dewa dalam seumur hidupnya hilang begitu saja. Setelah tiba di rumah baru teringat tangannya terkotori oleh kotoran. Dia lalu menimba air untuk mencuci tangannya. Selesai dicuci, dengan takjub dia menemukan, dua jari tangan yang dia buat memutar-mutar kotoran itu telah berubah menjadi emas. Ternyata, itu bukan kotoran, melainkan obat mujarab untuk membersihkan tubuh orang tua tersebut!
Dewa itu tidak akan mau mencelakai manusia, percaya atau tidak, hanya pada sekilas pikiran Anda, jika orang tua tersebut benar-benar mempunyai niat pikiran yang bisa mencampakkan hidup dan mati demi menuntut kesejatian Tao, niat pikiran yang seperti "emas", menelan obat mujarab yang telah disulap oleh Taois tersebut, maka bukankah dia akan segera mendapatkan tubuh Dewa, mendapatkan kesejatian menjadi Dewa.
Selesai mendengarkan kisah ini, saya lantas berpikir: misalkan seperti mengetik kata menuliskan artikel, ada prinsip-prinsip yang setelah saya sadari lalu saya ketik dengan tangan, jika hanya berbentuk huruf tapi tidak dipraktekkan secara nyata, bukankah saya sama dengan orang tua yang kehilangan kesempatan menjadi Dewa, akhirnya yang saya dapatkan hanyalah beberapa jari tangan emas saja? [Susanti Lim / Pontianak] Sumber: Epochtimes