Nilai suatu kehidupan bukanlah berdasarkan seberapa banyak yang kita dapat, melainkan berdasarkan seberapa banyak kita telah memberi kepada yang benar-benar memerlukan.
Dalam kitab klasik Tiongkok I Ching atau dikenal kitab perubahan dikatakan bahwa, "Seseorang harus mendapat kekayaan dan menghindari bencana".
Dalam kehidupan seringkali manusia "terjebak" pada kata takdir, Padahal ada takdirNya yang bisa dirubah dan ada takdirNya yang tak bisa dirubah. Perkara takdir memang menarik, banyak perdebatan yang melahirkan berbagai teori dan golongan. Lalu jika semua jalan kehidupan sudah ditakdirkan, lalu bagaimana manusia bisa mendapatkan yang baik dan menghindari yang buruk?.
Walaupun takdir berlaku, tetapi setiap manusia yang menjalaninya mempunyai kuasa untuk mengubahnya. Orang yang karma dalam kehidupan sebelumnya tidak baik, akan berbuah dengan kehidupan dalam penderitaan dalam kehidupan yang sekarang. Tetapi dengan berbuat kebajikan, memupuk perilaku dan pandangan yang baik, maka perlahan tapi pasti kehidupan juga akan semakin membaik dan akhirnya keluar dari penderitaan. Sama seperti Liao Fan yang akhirnya juga mampu keluar dari takdirnya yang kurang baik.
Langkah awal untuk menguasai takdir adalah pertobatan.
Orang harus mampu mengenali kesalahannya setiap hari untuk bisa memperbaiki kesalahan tersebut setiap hari. Jika tidak mampu mengetahui kesalahan dalam dirimu, maka perbaikan watak menjadi tidak mungkin. Banyak orang pandai di dunia ini yang menolak mengembangkan moralitas dan kebajikan, dan tidak mampu berusaha dengan tekun dalam melakukan pekerjaan mereka. Kegagalan dalam kehidupan mereka nantinya diakibatkan oleh satu kata yaitu, "kemalasan".
Yuan Liaofan (了凡四训) lahir pada masa Dinasti Ming, sekitar 1550, di Propinsi Jiangsu, China, tepatnya di daerah Wujiang. Da adalah berasal dari keluarga miskin. Dia berkeinginan kuat untuk belajar ilmu kedokteran agar kehidupan dan dirinya menjadi lebih baik.
Suatu hari Liofan bertemu dengan peramal kawakan. Peramal itu mengatakan kepadanya bahwa pada tahun berikutnya ia akan melewati tiga ujian tingkat rendah, mempunyai anak, dan meninggal menginjak usia 53 tahun.
Memang benar, pada tahun berikutnya ia lulus dari tiga ujian tingkat rendah, dan 20 tahun kemudian segala sesuatu yang peramal katakan menjadi kenyataan. Hal yang menyakinkan bagi Liaofan adalah nasib seseorang telah ditentukan sebelumnya dan tidak dapat diubah.
Suatu hari Liaofan bertemu dengan Buddha Zen tingkat tinggi dan berkata , " Anda sungguh hebat. Biasanya orang biasa memiliki banyak gangguan pada pikiran mereka, tetapi anda telah bermeditasi selama tiga hari tanpa gangguan".
Setelah itu Liaofan bercerita kepada Buddha Zen tentang apa yang peramal katakan kepadanya beberapa tahun yang lalu. Mendengar apa yang diceritakan Liofan, Buddha Zen tertawa dan berkata, "Aku salah mengira anda sebagai pahlawan, tetapi anda hanya orang biasa."
Buddha Zen mengatakan sebenarnya nasib hanya bisa membatasi orang biasa, tetapi bukan terhadap orang baik atau yang melakukan kejahatan besar. Kemudian Buddha Zen menjelaskan kepada Liaofan tentang prinsip sebab akibat, karma baik dan jahat dan prinsip "Sesuatu yang dapat mengubah takdir dan keberuntungan seseorang".
Setelah mendengarkan paparan dari Budha Zen, Liaofan memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dia berlutut didepan Buddha dan bertobat atas semua kesalahan yang telah diperbuat. Dia berjanji untuk melakukan 3.000 perbuatan baik dan apa yang dilakukan dicatat setiap hari dan kesalahannya dikoreksi satu per satu.
Dua tahun kemudian, Liofan mengalami kemajuan dan telah mengubah apa yang telah peramal katakana kepadanya. Setelah 10 tahun kemudian, ia telah menyelesaikan 3.000 perbuatan baik. Pada saat itu juga, ia karirnya terus meningkat.
Merasakan manfaat dari berbuat baik yang dilakukannya selama ini, dia lantas bersumpah untuk kembali melakukan 3.000 perbuatan baik dan berharap memiliki seorang putra.
Setelah itu, Liofan dianugerahkan seorang putra yang diberi nama Tian-Chi Yuan. Liaofan kemudian memutuskan untuk membaca kitab suci Buddha setiap hari dan berbuat baik.
Saat usianya menginjak 69 tahun, dia menulis empat buah buku untuk diajarkan kepada anaknya dan menjelaskan bahwa meskipun nasib sudah ditakdirkan, seseorang dapat mengubahnya dengan melakukan perbuatan baik. Akhirnya Liaofan meninggal pada usia 74 tahun.
Filsuf Jacques Mono mengatakan, "Dalam ruang tak terbatas alam semesta, tidak ada seorangpun yang berhak atas takdir seseorang. Manusia harus membuat keputusan sendiri dalam memilih surga atau neraka." Pernyataan Mono tidak mutlak benar. [Angelina Lim / Medan]
***
HEMAT IMPORT KARGO !!!
Kami melayani import borongan FCL & LCL dari Guangzhou, China ketujuan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang & Bekasi. Kontak "transwaycargo.com" Telp: 021-2626 4750 Fax: 021-2626 4860 Hp: 0812-9855 8800, 0856-755 0123, 0819-0880 2000 Email: pttci@yahoo.co.id
.