Suatu ketika Gen Lei berjalan dengan Raja Wei di panggung yang tinggi mereka melihat seekor burung terbang di awan.
Gen Lei lalu berkata, "Aku tidak perlu panah. Aku hanya perlu menarik busur dan burung akan mati berguguran."
Raja Wei berkata, "Dapatkan Anda benar-benar melakukan hal itu?" Gen Lei berkata, " Ya, saya bisa."
Dalam beberapa saat seekor burung liar terbang dari timur.Gen Lei mengangkat busurnya dan berpura-pura untuk menembak. Angsa itu jatuh ke tanah. RajaWei berkata, "Anda tidak menggunakan panah, bagaimana burung itubisa mati?"
Gen Lei berkata, "Karena ini burung yang terluka."
"Bagaimana Anda tahu itu?" tanya raja.
Gen Lei, "Burung liar ini terbang sangat lambat dan suaranya terdengar sangat menyedihkan, terbang lambat karena terluka, dan suara sendu memberitahu saya bahwa angsa ini ketakutan karena telah dipisahkan dari kelompoknya."
"Setelah mendengar suara busur yang ditarik, burung ini menjadi panik dan mencoba untuk terbang lebih tinggi. Karena takut dan gugup, kondisi psikologis menyebabkan lukanya terasa menjadi parah, lebih terasa menyakitkan, tak bisa ditahannya lagi, sehingga akhirnya ia tak kuat terbang dan jatuh ke tanah," ujar Gen Lei.
Kemudian, orang menggunakan pepatah "Burung menunduk ketakutan" 惊弓之鸟, 惊 (jing) takut 弓 (gong) busur 之 (zhi) 鸟 (niao)-burung. Istilah ini untuk menggambarkan orang yang takut dan gugup. [Widya Wong / Pontianak]