Ketika Cao Xueqin mulai menulis buku "Mimpi di Kamar Merah" yang disebut sebagai salah satu dari "empat karya Aung klasik Tiongkok" sekarang ini, Cao Xueqin yang telah miskin itu terpaksa pindah bersama istri dan anaknya ke kampung yang terpencil di bagian barat Beijing, dan letaknya tidak mampu membeli makanan untuk dirinya sekeluarga.
Cao Xueqin memasukkan semua perasaan dan pengalamannya ke dalam buku "Mimpi di Kamar Merah", dan menggambarkan lebih dari seratus karakter dari berbagai lapisan masyarakat di dalamnya. Buku ini dianggap telah mencapai puncak perkembangan cerita klasik di Tiongkok. Sayang sekali, sepuluh tahun kemudian, anak Cao Xueqin meninggal. Cao Xueqin merasa telah sedih lalu turut meninggal tidak lama setelah itu dengan meninggalkan karya besarnya yang belum diselesaikan itu.
Kini, di Tiongkok telah ada ilmuwan yang khusus menyelidiki buku "Mimpi di Kamar Merah". Fenomena ilmuwan yang menyelidikan sebuah cerita saja ini merupakan hal yang belum pernah terjadi dalam sejarah sastra Tiongkok, dan jarang terjadi dalam sejarah sastra dunia. (* V *)
--
http://yinnihuaren.blogspot.com
Diterjemahkan oleh: Chen Mei Ing - Jakarta