Di sini kita akan mendiskusikan salah satu perspektif bagaimana untuk memahami dan menerapkan pendidikan moral agar dapat bekerja efektif.
1. Apakah Kebajikan itu?
Dalam kebudayaan tradisional Tiongkok, kebajikan dijelaskan sebagai "jalan surga, prinsip langit" ataupun sebagai "perbuatan baik, keadilan, kesusilaan, kebijaksanaan dan kejujuran" sebagai hal yang harus dilakukan manusia.
"Jalan surga" dan "prinsip langit" menunjukkan hubungan an-tara alam semesta dan bumi, serta hukum alam dan masyarakat manusia. "Perbuatan baik, keadilan, kesusilaan, kebijaksanaan dan kejujuran" adalah panduan moralitas umat manusia yang harus dijalankan mengikuti jalan surga. "Kebajikan" adalah hal yang fundamental dalam menjadi manusia. Jika manusia tidak memiliki kebajikan, dapatkah mereka benar-benar dikatakan manusia?
2. Kebajikan dan Kebahagiaan
Sebagai umat manusia, kita memiliki peraturan manusia. Sedangkan substansi-substansi pun juga memiliki hukum materi. Orang jaman dahulu sering mengatakan, "Jalan manusia dikondisikan oleh bumi, jalan bumi telah diatur oleh langit, jalan surga telah diatur oleh Tao (jalan), dan jalan Tao telah diatur oleh alam."
Oleh karena itu, ketika kita selaku manusia melakukan sesuatu, kita harus memberikan perhatian pada ketepatan waktu kosmis, kondisi bumi yang menguntungkan, dan keharmonisan manusia, yang harus kita patuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Ketika kita melakukan sesuatu yang selaras dengan hukum ini, posisi kita berada pada arah yang benar, sehingga segala sesuatunya menjadi subur dan makmur.
Jika kita berjalan ke arah berlawanan dengan hukum ini, kita akan selalu dirundung masalah-masalah besar. Sebagai manusia, kita mengikuti hukum yang telah ditetapkan, hukum moralitas.
Jika kita memberikan perhatian kepada kebajikan, kita akan mendapatkan berkah, dan sebagai hasilnya, manusia akan mendapat martabat yang tinggi serta respek dan kepercayaan penguasa alam semesta. Dengan demikian telah meletakkan fondasi yang baik dalam menghadapi berbagai hal, dan memenangkan respek dari dunia masyarakat dimanapun mereka berada.
Seorang manusia tanpa kebajikan dapat dipastikan tidak memiliki hati nurani, dan tidak akan ditoleransi oleh masyarakat. Sebuah masyarakat yang tidak memiliki kebajikan pasti akan menjadi kacau, korup dan merosot. Kita dapat melihat bahwa kebajikan tradisional dan kebahagiaan umat manusia adalah berkaitan erat.
3. Lima ribu tahun sejarah peradaban Tiongkok menempatkan kebajikan sebagai tema utama – sebuah mata air yang berharga
Pendidikan dapat diibaratkan arsitek yang membangun jiwa manusia. Masalah pendidikan ini pada akhirnya tertuju pada masalah manusia.
Manusia mempunyai dua sisi, dan berhak memilih baik ataupun jahat. Kita telah mempelajari apa itu baik dan apa itu buruk. Ada pepatah Tiongkok bilang, "Seseorang yang dekat dengan merah te-rang akan ternoda merah, dan seseorang yang dekat dengan tinta hitam akan ternoda hitam". Dalam dunia manusia, baik dan jahat hidup berdampingan.
Jika seseorang menginginkan belas kasih, dia harus mengontrol seluruh pikiran jahatnya, belajar menderita dan membutuhkan banyak kerja keras. Dia juga harus belajar untuk memegang erat hal ini. Memanjakan sedikit saja hawa nafsunya, maka akan menyimpang dari jalur.
Sangat mudah untuk mengumbar hawa nafsu dari pada mengekangnya. Ada pepatah Tiongkok lain yang mengatakan, "Membutuhkan waktu tiga tahun untuk mempelajari kebaikan, akan tetapi hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk mempelajari hal buruk."
Tiongkok memiliki sejarah dan kebudayaan selama 5000 tahun, yang menyimpan kebijakan yang mendalam. Intisarinya telah diturunkan dari generasi ke generasi. Para leluhur memahami konsep alam semesta yakni "manusia adalah menyatu dengan alam". Ini adalah pengertian umum dalam masyarakat, "kebaikan akan diberi ganjaran kebaikan dan kejahatan akan dihukum dengan kejahatan".
Ini adalah standar dasar moralitas manusia untuk "memperlakukan orang lain seperti Anda menginginkan orang lain memperlakukan diri Anda".
Kebijakan tradisional Konfucius seperti "kejujuran, kebaikan, kesetiaan dan kesopanan" adalah standar hidup dalam dunia ini. Kebaikan, keadilan, kesopanan, kebijaksanaan dan kejujuran adalah pondasi moralitas bagi peraturan hidup manusia dan masyarakat.
Kebudayaan tradisional Tiongkok memperlihatkan kejujuran, belas kasih, keharmonisan dan toleransi. Tradisi Tiongkok mendukung keharmonisan alam dan manusia, serta memperhatikan kecakapan individu dalam menjadi toleransi, mengembangkan dan menjaga kebajikan dalam dunia manusia, dengan demikian umat manusia dapat mempunyai keyakinan yang lurus.
Kebajikan dalam kebudayaan tradisional menjunjung pengendalian diri, toleransi, kesederhanaan, ketahanan diri dalam menghadapi rintangan dan kerja keras. Hal ini dapat mencegah seseorang dari pelepasan nafsu yang tiada habisnya.
Ini adalah kekuatan yang dapat menjamin hidup seseorang menjadi lebih berarti. Di samping itu "mengetahui jalan ke surga dan takdir seseorang" akan membantu hidup menjadi lebih rasional dan berpikir jernih, melepaskan semua kekuatiran yang dihasilkan dari nafsu manusia yang tiada habisnya. Menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip Langit dan hakiki manusia. Mereka menumbuhkan faktor-faktor positif dari umat manusia dan mengekang faktor negatifnya, mendorong seseorang menjadi belas kasih dan lebih baik.
Itulah mengapa kami katakan bahwa kebudayaan tradisional Tiongkok yang murni adalah sumber mata air yang jernih bagi pendidikan moralitas.
"Kebajikan" yang diturunkan dari Langit, memberikan dasar bagi umat manusia untuk memahami kultivasi dan kebenaran Maha Hukum, yang menjadi dasar penyelamatan manusia. Sudah saatnya kita mulai merenungi kehidupan yang sangat berharga ini. (*)
http://yinnihuaren.blogspot.com
Email dari: Andy Ng, Pekanbaru