Suatu hari, guru Li Gang terkena penyakit pada kaki, dan tidak leluasa untuk berjalan. Ketika itu peraturan di dalam istana sangat ketat. Pejabat yang masuk istana, jangankan hendak naik tandu, berjalan kaki keluar masuk istana pun harus dengan sikap hormat.
Tetapi setelah keadaan Li Gang tersebut diketahui oleh Tang Tai Zong, di luar dugaan dia khusus mengizinkan Li Gang naik tandu memasuki istana agar dapat tetap mengajar anaknya. Selain itu Tai Zong juga memberikan titah kepada pangeran untuk menyambut gurunya.
Ada satu peristiwa lagi, suatu ketika Tang Tai Zong mendengar ada orang yang melaporkan bahwa pangeran keempat, Li Tai tidak menghormati gurunya yang bernama Wang Gui. Kaisar lalu mengkritik sang pangeran di depan guru Wang Gui dengan mengatakan: “Untuk selanjutnya setiap kali dirimu bertemu guru harus bersikap seperti bertemu saya (sebagai kaisar). Harus dengan hormat! Sedikit pun tidak boleh bersikap santai.” Sejak itu setiap kali Li Tai bertemu dengan Wang Gui selalu menyambut dengan sangat hormat. Pangeran Li Tai juga menjadi serius dalam menerima pelajaran. Oleh karena pendidikan keluarga dari Tang Tai Zong sangat ketat, semua putra pangeran sangat menghormati guru mereka.
Tang Tai Zong pernah mengeluarkan titah yang mengatakan: “Saya pernah mempelajari sejarah. Dan telah mengetahui bahwa untuk menjadi seorang raja yang bijaksana, dibutuhkan seorang guru pembimbing yang pandai! Semua perilaku raja yang bijaksana selalu mencontoh dari guru yang mengajar. Seperti Huang Di yang menuruti ajaran Tai Dian, Zhuan Xu menuruti ajaran Lu Tu, Yao menuruti ajaran Yi Sho, Shun menuruti ajaran Wu Chen Zhao, Yu menuruti ajaran Xi Wang Guo, Tang menuruti ajaran Wei Zi Bo, Wen Wang menuruti ajaran Zi Qi, Wu Wu menuruti ajaran dari Guo Shu, dan seterusnya. Tidak ada seorang pun yang dapat memimpin suatu negara dengan arif dan bijaksana, tanpa melalui proses belajar, mengenal jalan kebijakan.”
Di satu sisi, Tai Zong menekankan untuk menghormati guru dan mementingkan ajaran, menurunkan titah peraturan tradisi khusus dalam memperlakukan guru. Tai Zong juga mengingatkan putra pangeran, bahwa saat bertemu guru harus sama seperti saat bertemu dirinya. Di samping itu dia juga menyemangati para guru agar berani memberikan teguran yang pantas kepada anak raja yang berbuat kesalahan. Pada akhirnya, para guru pengajar pangeran mampu dengan teguh melaksanakan dan menuaikan tugas mereka sebagai pengajar. Hal ini juga tidak terlepas dari dorongan dan dukungan Kaisar Tang Tai Zong.
Pangeran ke sembilan Li Zhi, setelah diangkat sebagai putra mahkota, Tang Tai Zong memberikan tuntutan yang terlebih ketat lagi kepadanya. Setiap kali setelah Li Zhi selesai mendengarkan ajaran yang diberikan oleh ayah dan gurunya, ia akan selalu berdiri dengan sikap hormat dan tegak, kemudian dia menyatakan berterimah kasih atas ajaran yang telah diberikan kepadanya. Tak lupa pula dia menyatakan bahwa dirinya akan “selalu mengingat dalam hati” dan “tidak akan pernah lupa untuk selamanya”.
Pepatah kuno mengatakan: “Menjadi guru dalam sehari, akan dianggap sebagai ayah seumur hidup”. Orang dulu memiliki penghormatan yang tinggi terhadap guru, dan sungguh-sungguh mementingkan ajaran. Hal ini disebar luaskan sebagai perbuatan yang terpuji dari generasi ke generasi. Membuat orang gemar untuk belajar dan bersikap hormat. Membuat manusia mementingkan moral yang tinggi, serta memberi keyakinan kepada manusia untuk menghormati, mengingat, serta mengamalkan ajaran guru mereka untuk selama-lamanya. Sebab guru merupakan tumpuan harapan bagi anak bangsa dan negara. {sebelumnya)
Disalin oleh: Chen Mei Ing