Delapan Dewa merupakan salah satu subjek lukisan yang paling populer di China. Lukisan ini bisa kita temukan di teko, cangkir, sulaman, pot bunga, dan lain sebagainya. Pada dinasti Tang penyari Du Fu pun memuji subjek Delapan Dewa ini yang dikenal dengan istilah "Delapan Dewa Cangkir Arak" yang ditujukan untuk para peminum arak pada zamannya. Delapan Dewa merupakan subjek favorit dalam kisah-kisah roman, dan merupakan objek pemujaan. (Salah satu klenteng yang memuja Delapan Dewa ini adalah Bun Shan Bio, Tangerang) Tiga tokoh (Zhongli Quan, Zhang Guo, dan Lu Yan) adalah tokoh sejarah, sisa lima tokoh lainnya hanya disebutkan sebagai tokoh fabel atau roman. Karya Legenda Delapan Dewa ini diperkirakan pada dinasti Yuan (1280-1368). Aku mencoba mengenalkan mereka satu persatu. Cerita dimulai dari He Xiangu, karena He Xiangu adalah satu-satunya perempuan dalam kelompok Delapan Dewa ini.
He Xiangu digambarkan dengan seorang gadis yang memegang sekuntum teratai ajaib; bunga kelapangan hati, atau buah persik keabadian yang diberikan oleh LÜ Dongbin padanya sebagai lambang identitas. Ia sering memainkan Zheng (sejenis alat musik berdawai), atau meminum arak.
He Xiangu putri dari He Tai, penduduk asli Cengzhengxian di Guangdong. Saat lahir ditemukan enam helai rambut di kepalanya dan dalam beberapa cerita diceritakan bahwa He Xiangu hanya memiliki rambut sebanyak enam helai itu meski dalam banyak lukisan Ia dilukiskan berambut banyak. He Xiangu hidup pada masa perebutan tahta oleh kaisar perempuan pertama di China yaitu Wuzetian dari dinasti Tang. He Xiangu hidup di atas gunung Yun Mungli, (10KM) di sebelah barat Cengzhengxian. Di atas gunung ini ada batu yang bernama Yunmushi (ibu mutiara).
Suatu hari He Xiangu bermimpi melihat sosok roh yang memerintahkan dirinya membedaki dan mamakan salah satu batu itu. Jika ia mematuhi perintah itu maka dirinya akan memiliki kemampuan untuk terbang dan hidup dalam keabadian. He Xiangu melaksanakan perintah itu dan bersumpah akan menjaga keperawanannya seumur hidup. Sejak saat itu He Xiangu melewati hari-harinya dengan melompat dari satu puncak ke puncak lainnya, memetik buah-buahan yang kemudian dibawa pulang untuk ibunya di malam hari. Dengan berjalannya waktu He Xiangu mendapati dirinya tidak lagi perlu makan untuk hidup.
Ia menjadi terkenal di mana-mana hingga sampailah ke telinga Kaisar Wanita dan ia pun diundang ke istana. Tapi dalam perjalanannya ke istana, Ia tiba-tiba menghilang dari pandangan manusia fana menjadi seorang Dewi. Konon pada 750 M, He Xiangu menampakkan dirinya yang sedang terbang di atas awan aneka warna di kelenteng Magu, yang kemudian dikenal sebagai penyihir wanita Doais yang terkenal. Beberapa tahun kemudian Ia kembali menampakkan diri di kota Kanton (Guangzhou).
He Xiangu dilukiskan sebagai wanita yang sangat cantik dan luar biasa, karena ia menempati posisi penting dalam dalam aliran sebuah agama yang tidak mengenal sistem asketisisme terhadap wanita.
Dikutip dari catatan Hanna Fransisca, penulis buku puisi KONDE PENYAIR HAN.
Bersambung ke.2 (Oleh: Gleen Alexei)