Tahun 1963, delegasi agama Budha dari Tiongkok pergi ke kota Nara di Jepang untuk mengikuti peringatan meninggalnya bhiksu Jianzhen yang ke-1200 tahun. Waktu itu, para pengusaha produk-produk dari kacang juga ikut hadir. Konon, mereka mengikuti peringatan ini adalah demi berterima kasih kepada Jianzhen yang membawa proses pembuatan tahu ke negara Jepang. Yang menarik adalah, para peserta ini membawa kantong kain yang diisi berbagai macam produk dari kacang. Kantong tersebut bertuliskan “Tahu Tangchuan, dibuat di Huainan tang”.
Huainan tang adalah sebuah nama tempat pembuatan tahu, yang diambil dari nama pencipta tahu–raja Huainan, Liu An dari dinasti Han. Seorang raja bagaimana bisa menciptakan tahu? Ternyata Liu An menekuni teknik Huang Lao, berlatih siang malam. Seorang bhiksu yang menemaninya, adalah seorang vegetarian, sehingga untuk memperbaiki hidup, dengan teliti mengembangkan pembuatan tahu, yang pada akhirnya dipersembahkan kepada Liu An. Liu An setelah mencobanya, merasa sangat lezat, maka memutuskan untuk memproduksi tahu dalam jumlah besar. Dengan demikian, penciptaan tahu disandangkan pada nama raja Huainan, Liu An. Konon Liu An “naik ke langit” di gunung Ba gong. Di atas gunung telah didirikan sebuah kuil raja Huainan, Liu An, yang bernama “Ba gong shan doufu”, yang kemudian menjadi terkenal. [Lim Liang Hwat]