Xiang Yu adalah seorang hulubalang dari negeri Chu yang gagah berani dalam pertempuran, tetapi kurang pandai menggunakan taktik peperangan. Liu Bang yang berasal dari rakyat biasa itu pula sangat mahir dalam menggunakan taktik tersebut. Dalam peperangan untuk menggulingkan pemerintah Dinasti Qin itu, kedua mereka sanggup bekerjasama dan saling membantu hingga mereka berhasil menumbangkan pemerintahan tersebut.
Namun, setelah pemerintah Dinasti Qin itu ditumbangkan, Xiang Yu dan Liu Bang yang dulunya akrab bagai saudara itu mulai berperang sesama sendiri untuk merebut kekuasaan pemerintahan. Pertempuran terakhir antara mereka telah terjadi di suatu tempat yang bernama Gaixia, yaitu di Provinsi Anhui pada masa ini.
Dalam beberapa pertempuran yang sengit, tentara yang dipimpin oleh Liu Bang telah berhasil mengepung tentara yang dipimpin oleh Xiang Yu. Meskipun sudah berada dalam kondisi yang merugikan, namun Xiang Yu masih memiliki 100 ribu tentara. Maka bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk Liu Bang untuk segera menghapus tentara Xiang Yu.
Pada suatu malam, Liu Bang memerintahkan askarnya agar menyanyikan lagu rakyat negeri Chu, yaitu lagu rakyat kampung halaman tentara Xiang Yu secara terus-menerus. Xiang Yu dan askarnya merasa sangat terkejut ketika mendengar lagu tersebut. Mereka tersilap menganggap anggota keluarga mereka telah ditangkap oleh tentara Liu Bang sebagai tebusan. Lagu yang biasa didengar itu juga menimbulkan kerinduan mereka terhadap kampung halaman. Kondisi ini menjadikan tentara Xiang Yu semakin risau sehingga mereka massal melarikan diri.
Setelah mengalami kekalahan yang teruk, barulah Xiang Yu menyadari bahwa tindakan Liu Bang itu hanyalah satu strategi untuk mengganggu-gugat ketentraman tentaranya. Dia yang tidak mau menyerah diri itu, terpaksa bunuh diri.
Tidak lama setelah itu, Liu Bang telah memulai pemerintahan Dinasti Han, dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Gaozu.
Catatan Keterangan:
Peribahasa "Si Mian Chu Ge" ini digunakan untuk menggambarkan situasi yang genting saat seseorang dikepung oleh musuhnya dari segenap penjuru, tanpa seorang pun yang tampil memberikan bantuan. Ia juga membawa arti, ketika seseorang berhadapan dengan sesuatu kesulitan yang agak menantang, apapun yang terjadi seolah-olah meramalkan kegagalannya.
Diterjemahkan oleh: Chen Mei Ing