Putri raja tersebut, Fu Chai, ketika naik tahta, pun bersumpah akan membela kemangkatan ayahandanya. Sejak itulah, Fu Chai mulai menjalankan latihan yang rapi untuk tentaranya, sehingga mereka menjadi sebuah tim penempur yang cukup hebat. Tiga tahun setelah itu, beliau memimpin pasukannya, melancarkan serangan ke atas negeri Yue sekali lagi, dan berhasil menangkap raja negeri tersebut, Gou Jian.
Setelah pulang ke negeri Wu, Fu Chai meminta Gou Jian supaya tinggal di sebuah pondok usang yang dekat dengan makam ayahandanya untuk menjaga kuda. Gou Jian berpura-pura taat dan tunduk pada segala perintah Fu Chai. Namun, hatinya benar-benar penuh dengan perasaan untuk membalas dendam.
Beberapa tahun kemudian, Gou Jian telah dibebaskan. Setelah pulang ke negeri Yue, beliau segera mulai mendirikan sebuah tim penempur secara rahasia. Untuk mengingatkan dirinya agar jangan lupa akan penghinaan dan penderitaan yang dialaminya selama ini, beliau pula memilih untuk tidur di atas timbunan kayu api. Setiap pagi setelah bangun dari tidur, dan setiap malam sebelum tidur, beliau akan mencecap empedu yang pahit, sambil bertanya kepada dirinya,
"Apakah beta sudah lupa akan penghinaan dan penderitaan yang pernah beta alami?"
Lalu, beliau akan menjawab dengan suara yang lantang,
"Tidak, beta tidak pernah lupa!"
Selain menyusun strategi berperang yang kemas, Gou Jian juga berkonsentrasi penuh terhadap urusan negeri. Dengan terlaksananya beberapa langkah untuk memajukan sektor pertanian, serta meningkatkan taraf pendidikan rakyat, hanya dalam waktu beberapa tahun saja, negeri Yue telah berkembang hingga menjadi sebuah negeri yang cukup kuat. Dengan persiapan yang demikian, Gou Jian akhirnya berhasil menumbangkan negeri Wu.
Catatan Keterangan:
Peribahasa "Wo Xin Chang Dan" atau "Tidur di Atas Kayu Api dan Mencecap empedu" ini, membawa arti, menggembleng tenaga dan kemampuan diri, bertekad dan bersabar untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita, terutama untuk membalas penghinaan dan penderitaan yang telah dialami . {Mei Ing]