Melihat serangan militernya semakin perlahan, Cao Cao sangat risau karena takut mereka akan terlepas peluang yang terbaik untuk berperang. Namun, ribuan orang askarnya itu, masih tidak ada air untuk diminum. Jadi bagaimana pula mereka mampu mempercepat perjalanan? Beliau segera memanggil sopirnya, dan bertanya dengan suara yang rendah:
"Apakah sumber air dekat sini?"
Pemandu itu menggeleng-gelengkan kepala, dan berkata:
"Sumber air terdekat berada di sebelah sana gunung ini, masih agak jauh dari posisi kita."
Melihat askarnya yang menderita kehausan, Cao Cao berpikir satu cara yang bijak, dan mengarahkan dengan kata-kata, "Tidak jauh lagi akan kita temui banyak pohon plum. Buahnya yang segar terasa masam manis, dapat melegakan rasa dahaga kita. Marilah kita cepat-cepat menuju ke hutan plum itu. "
Ketika mendengar kata-kata yang menguntungkan itu, tentara beliau tidak sabar-sabar lagi ingin merasakan buah plum tersebut sehingga air liur mereka hampir keluar meleleh, membuat rasa dahaga mereka terus hidang.
Peribahasa ini berarti bahwa ketika seseorang gagal mendapatkan sesuatu benda yang diinginkan, dia akan menyenangkan hatinya dengan angan-angan yang bukan-bukan, seperti tentara Cao Cao tersebut. Ketika menderita kehausan, mereka membayangkan buah plum yang rasanya asam, untuk mengurangi rasa dahaga.
Disalin oleh: Chen Mei Ing