BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 06 Juni 2011

TAUCANG, GAYA KUNCIR RAMBUT DINASTI QING

Kuncir (taucang) pria Tionghoa di zaman dulu hanya ada di zaman Qing (1644 – 1911). Kuncir ini sebenarnya merupakan salah satu bagian dari mode rambut orang Manchuria. Batok kepala dibagi 2, depan dan belakang. 1/2 bagian depan kepala dibotakkan sedangkan rambut di 1/2 bagian belakang kepala dibiarkan panjang dan dikuncir (diikat)

Asal mula kuncir menjadi tradisi mode orang Manchuria menurut catatan sebuah buku mengenai orang Manchu yang pernah saya baca adalah dikarenakan kebiasaan dan budaya orang Manchu. Orang Manchu berasal dari Tiongkok Timur Laut dekat perbatasan Korea. Asalnya dari suku Nujen, suku ini salah satu suku dalam Dinasti Ming. Suku Nujen asalnya dari Kerajaan Kim. Kerajaan Kim ini adalah kerajaan yang disinggung dalam Pendekar Pemanah Rajawali-nya Jin Yong yang mengambil latar belakang sejarah Dinasti Song.

Orang Manchuria bersama orang Mongol adalah sama2 suku bangsa yang mahir berkuda. Untuk memudahkan, maka rambut depan mereka dibotakkan dan bagian belakang diikat, bila tidak, rambut akan tertiup angin kencang ke sana kemari. Orang Mongol juga punya kebiasaan menguncir rambut karena kebiasaan berkuda ini.

Orang Han tidak seberapa mahir berkuda dibandingkan Mongol dan Manchuria. Orang Han yang berkuda biasanya cuma memakai serban (sarung ikat kepala) untuk mengikat rambut mereka. Lama kelamaan, tradisi menguncir rambut ini menjadi kebiasaan dan budaya orang Manchuria.

Kaisar ketiga Dinasti Qing, Sunzi atas bantuan Wu San-gui berhasil menerobos Tembok Besar dan menguasai Beijing tahun 1644. Untuk memperkuat legitimasi penaklukan atas orang Han, Sunzi memerintahkan semua orang Han harus memangkas rambutnya sesuai tradisi kuncir orang Manchuria. Banyak yang melawan perintah ini dan harus dipenggal. Semboyan waktu itu adalah "ingin rambut, penggal kepala; ingin kepala, pangkas rambut". Banyak juga yang langsung membotakkan kepala dan menjadi biksu untuk menunjukkan perlawanan.

Ini sebabnya mengapa ada orang Tionghoa yang ber-toucang, ada yang tidak di Indonesia. Yang ber-taucang adalah yang datang antara abad 18 sampai awal abad 20. Yang datang sebelumnya tidak mengenal cara ber-taucang dan yang sesudahnya sudah meninggalkan tradisi ber-taucang.

Penghujung abad 19 dan awal abad 20. Korupsi di dalam birokrasi dan penjajahan setengah oleh bangsa Barat menjadikan Tiongkok menjadi bangsa yang lemah. Tahun 1911, Sun Yat-sen melancarkan revolusi Xinhai dan berhasil menumbangkan Dinasti Qing. Sun Yat-sen adalah salah satu yang menolak berkuncir sebagai bentuk perlawanan terhadap Dinasti Qing. Setelah Republik China berdiri, otomatis tradisi kuncir ini juga hilang dengan sendirinya pada orang Manchuria sekalipun. (*)

http://yinnihuaren.blogspot.com
Email dari: Susanti Tan, Surabaya

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA