Dari itu, Sang Buddha selalu mengajarkan kepada para murid agar senantiasa menjaga kondisi batin tetap damai.
Sedangkan kedamaian hati sendiri datang dari keinginan yang sedikit dan tahu puas, puas atas apa yang telah ada, dengan demikian barulah kehidupan dapat dijalani dengan nyaman dan leluasa.
* Takut harta terjatuh ke tangan orang, lalu menggali lubang untuk menyembunyikan barang berharga
Pada zaman dahulu kala, hidup dua orang tuan tanah sebagai pemilik lahan tanah yang luas. Salah seorang tuan tanah ini menikahi seorang wanita belia yang kemudian melahirkan seorang putera. Suatu hari, tuan tanah ini berpikir, "Usiaku sudah lanjut, kalau-kalau saya meninggal dunia dan isteriku menikah lagi, tentu hartaku akan terjatuh ke tangan orang lain.
Jika demikian adanya, bagaimana dengan anakku di kemudian hari?" Selanjutnya, dia memberitahukan kekhawatirannya ini kepada pengurus rumahnya, dia juga mendapatkan satu ide dan berkata "Coba kamu kumpulkan semua barang berharga, kemudian ikuti aku dengan membawa semuanya ke hutan untuk disembunyikan dengan cara dikubur."
Sesampainya pada suatu tempat di dalam hutan, tuan tanah berkata kepada pengurus rumahnya: "Tempat ini cukup bagus, mari kita menggali lubang di sini." Tuan dan pesuruhnya ini kemudian menggali sebuah lubang besar, setelah menguburkan sekereta barang berharganya, mereka membuat sebuah tanda di atasnya.
Sewaktu pulang, tuan tanah meminta kepada pengurus rumahnya "Aku berharap kamu dapat merahasiakan hal ini, nanti setelah aku meninggal dunia dan puteraku sudah tumbuh dewasa, baru kamu bawa dirinya ke sini untuk mengambil semua barang berharga ini." Pengurus rumah yang setia ini segera menyanggupi permintaan tuannya.
Tak lama setelah itu, tuan tanah ini jatuh sakit dan meninggal dunia, beberapa tahun kemudian putera tuan tanah telah tumbuh dewasa, ibunya lalu mengatakan kepadanya, "Ibu tahu kalau ayahmu memiliki banyak barang berharga dan sepertinya pernah disembunyikan di suatu tempat bersama dengan pengurus rumah kita.
Menurut ibu, usiamu sudah cukup dewasa dan dapat menjadi kepala keluarga ini, kamu semestinya bertanya kepada pengurus rumah, apakah dapat mengambil harta tersebut untuk dipergunakan sebagai modal memperluas bidang usaha keluarga kita."
Mendengar perkataan ibunya ini, suatu hari tuan cilik bertanya kepada pengurus rumah, "Kabarnya ayahku dulu pernah menanam barang berharga bersama anda, di manakah tempatnya?" Pengurus rumah menjawab, "Benar! Ketika tuan tua masih hidup, beliau pernah memintaku untuk menyertainya dalam melakukan hal ini."
Tuan cilik berkata, "Kalau begitu harap anda membawaku ke sana untuk mengambil barang berharga tersebut." Pengurus rumah menganggap bahwa hal ini memang sudah seharusnya, maka dia membawa tuan cilik ke tempat penguburan barang berharga.
Namun setibanya di sana, pengurus rumah tiba-tiba berpikir, harta ini adalah milik tuan tua, jika tuan cilik mengambil harta ini, lalu menikmati kekayaan ini bersama ibunya, sungguh tidak dapat diterima! Maka pengurus rumah berpura-pura tidak waras dan marah-marah. Tuan cilik merasa aneh, mengapa begitu sampai di sini, emosinya tiba-tiba berubah? Akan tetapi, dia tetap menahan diri dan berkata, "Kalau hari ini tidak ditemukan, juga tidak apa-apa, mari kita pulang saja!" Dia kemudian membawa pulang pengurus rumah dengan baik-baik.
Beberapa hari kemudian, dia melihat pengurus rumah sudah normal kembali dan selalu memberi hormat kepadanya, maka dia berkata, "Pengurus rumah, hari ini marilah kita kembali mencari barang berharga tersebut!"
Pengurus rumah dengan tenang mengikuti tuan cilik meninggalkan rumah, namun sesampainya di tempat itu, kembali timbul ketidak relaan dalam hatinya untuk menggali barang berharga, dia kembali marah-marah sembarangan. Tuan cilik tidak dapat berbuat apa-apa dan terpaksa membawanya kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, pengurus rumah kembali pada sikapnya yang sangat hormat dan sangat penurut kepada tuan cilik
* Tahu memanfaatkan materi dan mempergunakan pusaka dalam kehidupan.
Tuan cilik merasa sangat galau, suatu hari dia berkunjung pada tuan tanah satunya lagi. Dia pikir, ayahnya dulu bersahabat baik dengan tuan tanah ini dan hubungan mereka sangat akrab, mestinya tahu sedikit tentang permasalahannya. Sesampainya di sana, dia bercerita dari awal sampai akhir kepada tuan tanah itu. Tuan tanah ini dengan bijak berkata kepadanya, "Kamu bawa dia kembali ke sana. Sesampainya di sana, lihat pada posisi mana dia mulai marah-marah padamu, tempat itu pasti merupakan lokasi penyimpanan barang berharga."
Tuan cilik merasa perkataan ini sangat beralasan, maka dia kembali membawa pengurus rumah ke sana. Setibanya di sana, pengurus rumah kembali marah-marah, dia lalu mengatakan kepada pengurus rumah, "Biar bagaimana pun, sekarang anda bantu aku menggali tempat ini." Ternyata sebentar saja sudah menemukan barang berharga yang telah terkubur banyak tahun.
Setelah menemukan barang berharga, tuan cilik merasakan kalau semua harta benda ternyata membawa marabahaya. Sebelum memilikinya, hari-hari dapat dilalui dengan tenang, setelah memilikinya, apa yang harus dilakukan? Ketika teringat emosi pengurus rumah menjadi tidak labil setibanya di sini, bagaimana pula dengan orang lain nanti? Maka, dia lalu membereskan barang berharga ini dan kemudian semuanya diamalkan pada banyak orang.
Kisah ini memberitahukan kepada kita kalau memiliki banyak harta dalam kehidupan ini belum tentu berbahagia, melainkan harus tahu bagaimana untuk memanfaatkan materi dan mempergunakan hak pakai dari kehidupan dengan baik, ini baru merupakan pusaka sesungguhnya di dalam kehidupan.
Dikutip dari buku "Aku cinta keluargaku" karangan Master Cheng Yen. [Ernawati H / Medan] Sumber: Kebajikan
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com