Di dalam Lun Yu tertulis: "Kekayaan dan kedudukan tinggi yang tidak adil, bagi saya seperti awan mengambang."
Dalam Alkitab mengatakan: "Menggunakan lidah dusta mencari kekayaan, sama dengan mencari kematian sendiri; Kekayaan yang didapatkan, bagaikan awan mengambang yang ditiup kian kemari." Dari sini kita bisa melihat, pengertian orang bijak dari Barat dan Timur tentang nama dan keuntungan, kekayaan dan kedudukan tinggi dalam dunia fana ini, memiliki tujuan yang sama!
Banyak sekali orang dalam sejarah Tiongkok yang bersahaja walau miskin. Dewa Sajak Libai, mempunyai keperkasaan dan berpikiran terbuka beranggapan bahwa, "Kekayaan diamalkan masih bisa didapatkan lagi."
Dalam kebudayaan tradisional Tiongkok, kegembiraan terbesar dalam kehidupan, terletak pada diri sendiri memiliki kesenangan dan aspirasi, tidak membutuhkan ketergantungan pada materi kekayaan, tidak membutuhkan kejayaan yang semu. Hal yang sangat memalukan adalah mencuri kekayaan dan kejayaan dengan tak segan-segan menggunakan segala cara, tidak masuk akal dan melanggar hukum.
"Kekayaan dan kedudukan tinggi yang tidak adil, bagi saya seperti awan mengambang", adalah pepatah ternama dari Konfusius, juga merupakan prinsip konkrit dari Konfusius memperlakukan dan menuntut kekayaan dan kedudukan, harus sesuai dengan keadilan dan kebajikan serta moralitas, melanggar prinsip ini dan mendapatkan, dipandang sebagai asap dan awan yang berlalu didepan mata yang tidak patut untuk diambil.
Bersamaan juga menyatakan bahwa kehidupan yang sederhana itu bersahaja, sikap dan kelapangan dada dalam kehidupan yang miskin dan bersahaja. Dua pepatah ternama ini dari dalam Kitab Lun Yu Shu Er, artinya mengatakan: melahap makanan kasar, minum air putih, menekuk lengan dibuat sebagai bantal, semua kenikmatan berada didalamnya. Menggunakan cara yang tidak benar untuk mendapatkan kekayaan dan kedudukan tinggi, bagi saya boleh dikatakan sama seperti awan mengambang di atas langit."
Dalam pandangan Konfusius, melaksanakan keadilan merupakan nilai tertinggi kehidupan, ketika terjadi pertentangan antara kaya miskin dan keadilan, dia lebih baik menderita kemiskinan dari pada harus meninggalkan keadilan.
Konfusius beranggapan bahwa seorang pria sejati yang mempunyai cita-cita tinggi, tidak akan berjuang mondar-mandir demi sandang pangan dan tempat tinggal diri sendiri. Terhadap orang yang bercita-cita tinggi, boleh dikatakan, "melahap makanan kasar, minum air putih, menekuk lengan dibuat sebagai bantal", semua kenikmatan berada disana.
Kegembiraan seperti ini merupakan efek dari perjalanan hidup kita yang menapak diatas jalan yang lurus dan benar, yang disebut sebagai "tindakan tanpa melanggar".
Terhadap kekayaan dan kedudukan tinggi yang tidak sesuai dengan keadilan, Konfusius memandangnya bagai awan mengambang di atas langit, tegas menolak untuk menerima.
Maka dari itu, seorang pria sejati jika ingin mencapai taraf mental yang agung dan luhur, pertama-tama yang harus dilakukan adalah tidak tergoda oleh lingkungan materi yang berada diluar, maju selangkah lagi melepaskan diri dari kebingungan akan sifat suka berlagak, dalam lingkungan hidup yang sengsara menjadikan penderitaan sebagai sukacita.
Di Tiongkok kuno pada zaman Dinasti Zhou, ada seseorang yang bernama Tao Dazi. Dia telah menjadi pejabat di kota Dao selama tiga tahun, reputasinya kurang baik, tetapi harta kekayaannya berlipat tiga kali lipat. Istrinya memberikan nasihat kepadanya:
"Tidak berkemampuan dan menjadi pejabat tinggi, adalah merugikan. Tidak ada pahala dan keluarga menjadi jaya, adalah mengumpulkan bencana. Sekarang Anda hanya tamak dan menuntut kekayaan yang lebih banyak.
Saya dengar di gunung selatan ada macan kumbang hitam, mengapa dia menyembunyikan diri dalam kabut dan hujan selama tujuh hari dan tidak mau turun gunung? Dia ingin menjadikan bulu dan kulitnya lembab agar tumbuh menjadi macan tutul, agar bisa menyembunyikan diri menghindari bencana.
Babi tidak memilih makanan, setelah tumbuh gemuk akan dibunuh oleh manusia. Sekarang Anda tidak mengindahkan moralitas dan semakin lama semakin kaya, bencana petaka segera akan tiba."
Tao Dazi bukan hanya tidak menghiraukan nasihat dari istrinya, malah sebaliknya mengusir sang istri dari rumah. Akhirnya satu tahun berikutnya, Tao Dazi dikenakan hukuman mati karena kasusnya terbongkar oleh pemerintah.
Jaring Langit bermata besar, tetapi tidak ada satu pun yang bisa lolos, perilaku buruk kaya tetapi tidak bermoralitas mengacaukan masyarakat, membahayakan khalayak ramai, kepada orang yang melakukan kejahatan pasti akan dihukum oleh Tuhan! [Winda Ong / Bengkulu]