Setiap orang memiliki pikiran. Ketika pikiran timbul, dapat menjadi baik atau jahat. Orang dapat mengenali pikiran jahat dan memperbaikinya. Jika demikian, orang akan tetap berada di jalan yang benar. Di dalam buku Shangshu menulis bahwa, bahkan orang yang suci sekalipun, ketika menyimpan pikiran jahat, bisa kehilangan kontrol, sementara orang biasa yang berfokus pada menolak pikiran jahat bisa menjadi orang suci.
Kangxi memberikan sebuah dasar pemikiran: Sebuah pikiran yang tidak mendorong tindakan apapun dapat dibiarkan begitu saja, tetapi untuk pikiran yang dapat mendorong tindakan, harus dilakukan penilaian untuk membedakan pemikiran yang benar dari pikiran yang tidak benar. Pada zaman kuno, orang-orang berhati-hati terhadap pikiran mereka. Ketika sebuah pikiran muncul, orang akan membuat keputusan apakah akan menerima atau menolak pemikiran itu sebelum melekat pada diri mereka dan menjadi emosi. Dengan menggunakan metode ini, pikiran menjadi relatif mudah untuk dikontrol dan orang-orang tetap pada jalan yang benar.
Sebagai individu, kita harus mencari kegembiraan batin. Ketika ada sukacita di dalam hati, secara otomatis orang memiliki pandangan yang baik, karena sukacita batin cenderung menghasilkan pemikiran belas kasih. Di sisi lain, ketika seseorang berada dalam suasana hati yang marah, pikiran jahat cenderung muncul. Untuk alasan ini, di zaman kuno orang berkata: "Ketika pikiran baik dihasilkan dalam diri seseorang, Dewa keberuntungan akan menemani dia, meskipun dia tidak melakukan sesuatu yang baik. Demikian pula ketika pikiran jahat dihasilkan dalam diri seseorang, roh jahat akan mengikutinya, meskipun ia tidak melakukan sesuatu kesalahan."
Ketika seseorang memegang ke pikiran lurus, Langit akan membalasnya dengan keberuntungan. Kini, banyak orang memegang tasbih dan menyembah Buddha karena mereka ingin menjadi baik. Namun, mereka tidak mencapai manfaat nyata kecuali mereka bisa menghapus pikiran jahat dari benaknya. [Erni Tjong / Singkawang]
* Sumber: Google Search Engine