BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 21 April 2011

LEGENDA YAO DAN SHUN NAIK TAKHTA

Dalam sejarah feodal Tiongkok, takhta raja biasanya dipusakai anak raja. Namun, pewarisan tahta antara ketiga orang raja yang paling awal dalam legenda Tiongkok, yaitu Yao, Shun dan Yu, tidak diamalkan berbasis keturunan. Siapa yang paling bijak dan memiliki akhlak dan kepribadian yang mulia, dialah yang dipilih sebagai raja.

Menurut ceritanya, Yao adalah raja pertama yang muncul dalam legenda Tiongkok. Ketika usia beliau sudah lanjut, beliau ingin mencari seorang calon untuk mewarisi tahta. Maka, beliau pun memanggil para pemimpin suku dari dimana-mana untuk membahas hal tersebut.

Setelah mengetahui saran yang dikemukakan oleh Raja Yao, seorang pemimpin yang bernama Fang Qi berkata: "Pangeran tuanku, Dan Zhu adalah seorang pemuda yang terbuka pikirannya. Jadi, tahta tuanku wajar diwarisinya." Namun, Raja Yao berkata dengan serius: "Anak beta itu tidak cocok menjadi raja. Dia tidak memiliki kepribadian yang baik, dan sering bertelingkah dengan orang lain". Seorang yang lain berkata: "Gong Gong yang mengelola proyek irigasi itu sangat baik". Raja Yao pula menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata: "Gong Gong yang pandai berbicara itu adalah seorang yang bermuka-muka. Dia tampak jujur, tetapi memiliki niat lain di balik tindakannya. Beta tidak percaya kepadanya." Diskusi kali itu gagal mencapai hasil, dan Raja Yao terus mencari calon yang lain untuk mewarisi tahta.

Beberapa bulan kemudian, Raja Yao lagi mengumpulkan para pemimpin faksi tersebut. Dalam diskusi kali ini, ada beberapa orang mengusulkan seorang pemuda yang bernama Shun. Raja Yao berkata: "Beta pun pernah mendengar bahwa pemuda itu sangat baik. Dapatkah tuan menceritakan sedikit sebanyak tentang orang itu?" Salah seorang dari mereka pun berkata: "Bapa Shun, Gu Sou, seorang yang celaru pikirannya. Setelah ibu Shun meninggal, dia telah menikah seorang wanita yang sangat jahat. Anak yang dilahirkan oleh ibu tiri Shun itu bernama Xiang. Dia sangat sombong, tetapi sangat dimanjakan oleh ayahnya. Meskipun begitu, Shun tetap sangat sayang kepada bapak, ibu tiri dan adiknya. Sebab itulah, kami menganggap dia seorang yang memiliki pribadi yang mulia. "

Dengan nominasi itu, Raja Yao ingin menguji Shun lebih dahulu. Beliau bukan saja mengawinkan dua orang putrinya, yaitu E Huang dan Nu Ying, dengan Shun, malah membangun gudang bahan makanan dan memberikan banyak sapi dan kambing kepadanya. Ibu tiri dan adik lelaki Shun yang iri hati, sering kali bersekongkol dengan ayahnya Gu Sou, untuk membunuh Shun.

Pada suatu hari, Gu Sou menyuruh Shun memperbaiki atap gudang bahan makanan mereka. Ketika Shun berada di atas atap itu, Gu Sou yang berada di bawah mencoba membakar gudang agar Shun mati terbakar. Namun, Shun berhasil menyelamatkan dirinya dari kecelakaan itu. Setelah menemukan dia sudah kehilangan tangga untuk turun ke bawah, dia pun menggunakan dua topi pandan yang besar yang dibawanya ketika dia naik ke atas atap itu. Kedua topi itu bagaikan dua sayap burung, membawanya turun mendarat di bumi dengan selamat.

Gu Sou dan Xiang tidak menghentikan niat jahat mereka begitu saja. Pada suatu hari yang lain, mereka menyuruh Shun menggali sumur. Shun segera melakukannya. Setelah beberapa lama, Shun terpaksa menggali sumur itu dari dalamnya. Ketika dia terjun ke dalam sumur itu, Gu Sou dan Xiang segera melontarkan ketulan batu ke dalam sumur itu sehingga sumur itu penuh. Pada anggapan mereka, Shun yang berada di bawah sumur itu akan mati lemas.

Namun, tidak disangka mereka, Shun telah menggali satu jalur di bawah sumur itu. Dia keluar dari jalur itu, lalu kembali ke rumahnya dengan selamat lagi.

Xiang tidak tahu Shun sudah aman terlepas dari kecelakaan itu. Dia dengan gembira balik ke rumahnya, dan berkata kepada Gu Sou: "Abangku pasti sudah mati. Kita dapat mewarisi semua hartanya." Lalu, dia terus pergi ke kamar Shun. Ketika tiba di ruangan itu, dia terkejut melihat kakaknya sedang duduk di tepi ranjang sambil bermain alat musik. Dia berpura-pura berkata: "Abang, aku amat merinduimu".

Shun juga berpura-pura tidak tahu apa yang sudah terjadi. Dia berkata kepada adiknya: "Kebetulan abang pun nak jumpa awak. Abang ada banyak kerja yang harus ke bantuan awak." Setelah itu, Shun tetap sangat mesra dengan ibu tiri, bapak dan adiknya. Gu Sou dan Xiang pun tidak berani lagi untuk membunuh Shun.

Dalam beberapa tes itu, Raja Yao menganggap Shun benar-benar seorang yang bijak dan memiliki akhlak dan kepribadian yang mulia. Jadi, beliau mewariskan tahtanya kepada Shun.

Setelah naik takhta, Shun bekerja dengan rajin, dan hidup sederhana dan hemat seperti orang biasa. Itulah sebabnya, nama dan kehormatan beliau dipandang sangat tinggi dalam kalangan rakyat kecil.

Ketika usia Shun sudah lanjut, beliau memilih Yu, seorang yang berbakat tinggi dan memiliki pribadi yang mulia juga, sebagai pewarisnya.

Dipercaya tidak perebutan kepentingan dan kekuasaan yang terjadi pada zaman Raja Yao, Shun dan Yu. Raja dan rakyat sama-sama menikmati kehidupan yang aman dan sentosa. [Chen Mei Ing]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA