Perintah tersebut sangat berat dan memang pusing kepala Gun. Tiba-tiba, dia terfikir satu cara yang wajar, yaitu membangun bendungan yang tinggi di sekeliling kampung untuk menahan air banjir tersebut dari melanda masuk. Namun, pikirannya, dari mana hendak diperoleh mil dan pasir yang begitu banyak untuk membangun bendungan itu? Pada saat itu, seekor kura-kura dewa yang merangkak naik dari dalam air, memberitahu Gun: "Ada sejenis harta karun yang disebut 'Xirang' tersimpan di kayangan. Jika kamu dapat benda itu, dan melemparkannya ke tanah, ia akan segera tumbuh, lalu berubah menjadi gunung dan bendungan. " Ketika mendengar berita itu, Gun sangat gembira. Dia mengucapkan "selamat tinggal" kepada si kura-kura itu, lalu terus berjalan menuju ke barat.
Setelah mengatasi banyak kesulitan, akhirnya Gun berhasil tiba di Gunung Kunlun di sebelah barat, dan ditemukan oleh Tian Di, yaitu Kaisar Kayangan. Gun memohon kepada Tian Di agar beliau menganugerahkan Xirang kepadanya untuk menangani banjir dan menyelamatkan rakyat di dunia. Namun, permintaannya itu ditolak oleh Tian Di. Maka, Gun yang bersedia untuk menyelamatkan rakyat dari kesengsaraan akibat banjir itu, terpaksa mencuri Xirang itu, dan segera kembali ke timur. Setibanya ke area banjir itu, dia terus melemparkan Xirang itu ke dalam air. Justru, seperti yang dinyatakan oleh si kura-kura kepadanya, harta karun ini segera tumbuh dengan cepat, lalu berubah menjadi benteng, dan berhasil membendung banjir. Setelah masalah banjir ditangani, rakyat jadi senang kembali dan bersuka ria. Mereka terus memulai usaha bercocok tanam, memulihkan produksi dan kehidupan mereka kembali.
Setelah mengetahui bahwa Gun telah mencuri Xirang, Tian Di segera mengerahkan dewa-dewa turun ke bumi untuk mengambil kembali harta karun itu. Seperti yang diduga, setelah Xirang itu diambil balik, banjir terus menyerang kembali, memecahkan bendungan dan menghancurkan ladang, dan menyebabkan banyak orang yang mati lemas. Raja Yao menjadi berang, dan bertitah: "Gun hanya pandai membangun bendungan untuk menahan banjir. Namun, dia tidak tahu banjir itu mungkin menjadi lebih berbahaya jika bendungan itu pecah. Dia sudah menangani banjir itu selama 9 tahun, namun sedikit kemajuan pun belum terlihat. Jadi, dia harus dihukum mati. " Lalu, Raja Yao memenjarakan Gun di Gunung Yu, dan membunuhnya 3 tahun kemudian. Sebelum dibunuh, Gun masih teringat akan rakyat yang hidup begitu menderita akibat bencana banjir. Dia merasa kesal sekali.
Dua puluh tahun kemudian, Raja Yao mewariskan tahtanya kepada Shun. Setelah naik takhta, Raja Shun menugaskan anak Gun, yaitu Da Yu, untuk bekerja menangani banjir. Tian Di memberikan Xirang ke Da Yu. Pada mulanya, Da Yu mencontoh metode yang digunakan oleh ayahnya itu, yaitu membangun bendungan untuk menahan banjir itu. Tetapi dia gagal karena air banjir yang dibendung oleh bendungan itu menjadi semakin hebat, sehingga dengan mudah bendungan itu dimusnahkannya. Setelah melakukan beberapa percobaan, Da Yu mulai memahami satu hakikat, yaitu tidak masuk akal jika hanya dengan membangun bendungan untuk menahan banjir. Cara yang benar adalah dengan membendung sambil mengalirkan air itu. Maka, dia memanggil seekor kura-kura dewa agar menggendong Xirang itu, dan mengikutinya sepanjang perjalanannya. Dia menggunakan harta karun itu untuk meninggikan area yang dihuni oleh orang kampungnya. Kemudian, menurut ceritanya, dengan bantuan naga dewa, dia telah menggali sandi sungai, dan berhasil menyalurkan air banjir itu ke laut.
Konon, Da Yu telah meninggalkan rumahnya untuk menangani banjir pada hari keempat setelah dia menikah. Selama 13 tahun itu, dia pernah 3 kali dalam rumahnya, tetapi tidak sempat masuk mengunjungi anggota keluarnya. Sebagai penghargaan terhadap jasanya yang luar biasa itu, rakyat merekomendasikannya menjadi Raja. Raja Shun juga dengan senang hari mewariskan tahta kepadanya. [Chen Mei Ing]