Menurut ceritanya, pada suatu hari, seorang penyair ternama di zaman Dinasti Ming, yaitu Mei Zhihuan telah tiba di satu tempat yang bernama Cai Shi Ji, yaitu di provinsi Anhui pada masa ini, untuk menziarahi kubur Li Bai, yaitu seorang penyair agung pada zaman Dinasti Tang. Cai Shi Ji di tebing Sungai Cai Shi ini dikatakan tempat Li Bai dikuburkan. Konon, ketika berjalan-jalan di tepi Sungai Cai Shi pada usia yang lebih lanjut, Li Bai melihat bayangan bulan yang bersinar terang, terlihat sungguh indah di permukaan sungai itu. Ia sangat gembira, lalu membungkuk, dan mencoba menyentuh bayangan bulan itu. Sayang sekali, Penyair agung itu terjatuh ke dalam sungai itu, lalu mati lemas.
Sebagai penghormatan kepada Li Bai, setelah peristiwa tersebut, area tepi sungai ini dijadikan tujuan wisata dengan konstruksi kubur Li Bai, Menara Dewa, dan Pavilion Menyentuh Bulan, yang terus menarik kunjungan wisatawan sampai sekarang ini. Sejak itu, hingga berabad-abad lamanya, pujangga dari dimana-mana, banyak yang berkunjung ke sana untuk meninggalkan sajak mereka di batu nisan Li Bai sebagai penghormatan kepada beliau, walaupun hasil tulisan mereka tidak berapa elok.
Bila melihat kubur Li Bai tercemar begitu saja, Mei Zhi Huan sangat terkejut. Pikirnya, ada orang yang tidak tahu malu, meninggalkan apa yang disebutnya "sajak" di depan "Dewa penyair" ini. Maka, dengan hati yang duka dan marah, ia menghasilkan sebuah puisi yang isinya begini:
Di tepi sungai penyair agung bersemadi,
Li Bai namanya zaman berzaman disanjung tinggi,
Penyair jalanan datang dan pergi "menconteng" puisi,
Bagai menayangkan kapak di depan Lu Ban tukang bestari.
Catatan Keterangan:
Peribahasa "Ban Men Nong Fu" yang membawa arti, ingin pamer pandai menggunakan kapak di depan Lu Ban ini, digunakan untuk mempersenda perbuatan yang mencoba menunjukkan kepandaian diri yang tidak seberapa di depan orang yang benar-benar pandai.
Disalin oleh: Chen Mei Ing