BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 06 Maret 2011

AI WU JI WU

Pada abad ke-11 sebelum Masehi, Dinasti Shang yang sudah memerintah selama 600 tahun di Tiongkok menjadi semakin lemah. Departemen yang tidak adil, perang yang berlangsung bertahun-tahun lamanya, pajak dan beban yang dikenakan ke atas rakyat yang semakin berat, serta tantangan dari kalangan bangsawan yang semakin hebat, mengjeretnya ke situasi kegawatan yang sangat serius. Pada saat itu, negeri Zhou, sebuah negeri yang diperintah oleh Dinasti Shang, telah menjadi semakin kuat di Qishan, yaitu di Provinsi Shaanxi pada waktu ini, sehingga akhirnya ia berhasil menumbangkan Dinasti Shang dan mendirikan Dinasti Zhou.

Pada suatu hari, kaisar Zhou, yaitu Raja Wuwang, memanggil petugas kanannya ke istana, dan bertanya kepada mereka, bagaimana mengelola tawanan yang begitu banyak itu. Salah seorang dari mereka menjawab:

"Hamba pernah mendengar orang berkata, jika sayang kepada seseorang itu, burung gagak yang bertengger di atas atap rumahnya pun kita sayangi. Sebaliknya, kalau kita benci kepadanya, nampak dinding atau pagar rumahnya pun rasa jengkel. Tawanan itu musuh bagi kita. Lebih baiklah kita bunuh mereka semua. "

Raja Wuwang merasakan perbuatan tersebut terlalu kejam, lalu menolak rekomendasi tersebut.

Seorang lagi pejabat mengemukakan saran:

"Tawanan yang dikonfirmasi bersalah dan tidak bersalah harus diberikan layanan yang berbeda. Tuanku dapat membebaskan mereka yang tidak bersalah, tetapi mereka yang disahkan bersalah harus dibunuh, karena mereka inilah saki baki pejuang yang berbahaya yang mungkin mengancam negeri kita pada suatu hari nanti."

Raja Wuwang juga tidak berkenan dengan saran itu.

Kemudian, seorang lagi pula menampilkan diri, sambil berkata,

"Hamba rasa, semua tawanan harus dibebaskan. Berikanlah tanah kepada mereka agar mereka dapat menggunakan energi sendiri untuk memulai hidup baru. Selain itu, janganlah tuanku bersikap pilih kasih terhadap siapa pun ketika memberikan imbalan atau hukuman kepada rakyat, baik dia orang biasa atau pun keturunan kerajaan. Jika negeri diatur menurut lunas hukum, barulah dapat memenangkan keyakinan rakyat. "

Raja Wuwang merasa bahwa saran tersebut masuk akal. Maka, dengan memilih cara itu, beliau berhasil membangun negerinya hingga menjadi sebuah negeri yang stabil, makmur dan kuat.

Catatan Keterangan:

Peribahasa "Ai Wu Ji Wu" ini membawa arti, jika sayang ke seseorang, orang lain atau benda yang ada kaitan dengannya pun disayangi.

Diterjemahkan oleh: Chen Mei Ing

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA