Setelah kembali ke tanah air pada tahun 1917, Hu Shi diminta menjadi profesor Universitas Peking. Pada tahun itu, ia mulai bergabung pengeditan majalah "Pemuda Baru", mempromosikan bahasa Mandarin yang modern dan juga reformasi sastra.
Setelah pecahnya gerakan 4 Mei 1919 yang berjuang untuk mewujudkan demokrasi di Tiongkok, Hu Shi mempertahankan pendirian reformasi terhadap politik pada masa itu dan melawan penyebaran paham Maxisme. Pada tahun 1929, dengan menimpa pengalaman Barat, beliau mencadang untuk mendirikan pemerintahan demokratis, dan menjadikan politik demokratis borjuis sebagai sasaran yang dijuangkannya sepanjang umur.
Dalam penelitian keilmuan, Hu Shi mencadang menyusun dan mengevaluasi kembali kebudayaan tradisional Cina. Usahanya di bidang ini menjadikan ia salah seorang pendiri keilmuan dan sastra modern Cina. Selain itu, penelitiannya terhadap buku klasik Tiongkok "Mimpi di Kamar Merah" membuka aliran baru dalam ilmuan penelitian terhadap buku tersebut.
Setelah aksi perang anti invasi Jepang, Hu Shi berpendapat bahwa Tiongkok terlalu lemah dibandingkan dengan Jepang, maka beliau tidak setuju untuk melawan tentara Jepang. Namun, sebagai Duta Besar Republik Tiongkok ke AS, ia berusaha sekuat upayanya untuk mendapatkan dukungan berbagai negara Barat terhadap Tiongkok. Pada tahun 1946, beliau menjabat Presiden Universitas Peking. Pada tahun 1949, Hu Shi mengubah ke A.S.. Pada tahun 1958, beliau diangkat sebagai Ketua "Insititut Studi Pusat" Taiwan sampai beliau wafat tahun 1962. {Mei Ing]