Pada zaman remajanya, Li Bai selalu mengunjungi kuil Tao di Gunung Daitian untuk meminta tunjuk ajar dari para penganut agama itu. Pada suatu waktu ketika itu, Li Bai bersama seorang petapa yang dikenal "Dong Yanzi" bertapa di Gunung Mian untuk berfokus segala perhatian terhadap pembelajarannya. Mereka tinggal di area gunung, dan lama tidak masuk ke kota.
Di area hutan yang mereka tinggal, Li Bai dan Dong Yanzi telah memelihara banyak burung liar yang cantik, tetapi aneh-aneh.
Burung-burung itu sudah biasa dengan kedua orang yang memberikan makanan kepada mereka, dan pasti terbang datang mencari makanan di tempat yang tetap apabila dipanggil oleh Li Bai dan Dong Yanzi dengan panggilan yang tertentu, malah seolah-olah dapat mengerti apa yang dituturkan oleh manusia. Kadang-kadang, burung itu masih berani bersinggah di tangan pemelihara untuk makan padi yang tersedia, yaitu sudah mulai jinak dengan pemelihara mereka.
Hal itu tersebar dalam lingkungan yang luas dan juga dianggap sebagai kabar aneh sehingga banyak orang terpikat termasuk gubernur yang memerintah di area Mianzhou. Ia begitu tertarik, lalu memutuskan pergi ke area gunung itu untuk melihat bagaimana burung yang dipelihara Li Bai itu mencari makan.
Setelah menyaksikan proses mencari makanan yang dilakukan burung tersebut, si gubernur itu menganggap Li Bai dan Dong Yanzi sudah menguasai suatu kemampuan yang luar biasa yang hanya dimiliki dewa, dan merekomendasikan kedua mereka mendaftar nama untuk menduduki ujian sponsor pemerintah yang bersubjek Tao .
Namun, kedua petapa Li Bai dan Dong Yanzi terus menolak saran yang dikemukakan oleh si gubernur itu.
Li Bai masih memiliki seorang lagi sahabat karib, yaitu Zhao Rui, seorang anggota debat yang terkenal pada zaman itu. Pada tahun 716 Masehi yang juga dikenal sebagai tahun keempat zaman pemerintahan Raja Kaiyuan, Zhao Rui sudah menghasilkan sebuah buku yang berjudul "Chang Duan Jing" yang dalam sepuluh jilid. Li Bai baru masuk usia 16 tahun ketika itu.
Buku "Chang Duan Jing" ciptaan Zhao Rui itu berfokus pada penelitian terhadap perbedaan antara enam kitab yang terkenal, memberikan analisis yang terliti terhadap situasi saat dan menguraikan hukum-hukum tentang kebangkitan atau kemerosotan negara. Buku yang mengutamakan perdebatan itu menimbulkan minat besar dari Li Bai. Cerita yang terjadi selanjutnya membuktikan bahwa Li Bai benar-benar terpengaruh oleh buku itu karena setelah itu, beliau lama-kelamaan menyimpan cita-citanya untuk mengembangkan karir yang mulia, dan berminat mengalihkan pandangannya terhadap urusan politik.
Istri pertama Li Bai bernama Xu, dan beliau meninggal agak awal. Setelah itu, Li Bai memperisterikan Zong. Li Bai kesemuanya memiliki tiga orang cahaya mata, diantaranya seorang anak lelaki dan seorang perempuan adalah kelahiran Xu. Anak lelaki satu bernama Boqin, dan selalu disebut "Ming Yue Nu" dalam keluarganya, sementara anak perempuan Li Bai diberi nama "Pingyang". Li Bai masih memiliki seorang putra lagi yang dilahirkan oleh istri keduanya. Pasangan Li Bai memberikan nama "Poli" ke anak itu.
Disalin oleh: Mei-ing