BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 15 Mei 2011

PERANG FEI SHUI YANG MENGUBAH SEJARAH TIONGKOK

"Hanya sungai Yangtse begini saja apa yang ditakuti? Aku memiliki jutaan pasukan, begitu kuperintahkan sekali saja dan segenap prajurit melemparkan pecutnya ke dalam sungai Yangtse, maka putuslah aliran sungai Yangtse!"

Kata-kata penuh kejumawaan itu dicetuskan oleh Fu Jian, Kaisar Qin-awal.

Di antara 5 kaisar pada zaman Wu Hu (5 suku nomaden non-etnik-Han yang minoritas di Tiongkok), Fu Jian-lah yang terhitung agak menonjol. Pada tahun 357, ia berhasil merebut kekuasaan, kemudian memberi posisi penting kepada Wang Meng seorang etnik Han (suku mayoritas di Tiongkok) sebagai penasehatnya. Ia menghapus kebijakan yang zalim, membenahi birokrasi, memperbaiki irigasi seluruh negeri, dan memperkuat bidang kemiliteran. Antara tahun 370 – 376, negara Qin-awal yang diperintah Fu Jian berturut-turut memusnahkan negara-negara Yan-awal dan Liang-awal, dan berhasil mempersatukan wilayah utara Tiongkok, sehingga negara Qin-awal pun kian tumbuh menjadi kuat.

Sebelum Wang Meng wafat, ia senantiasa mencegah kebijakan agresi ke wilayah selatan oleh Fu Jian dan menasehati Fu Jian agar tidak menyerbu kerajaan Jin Timur (jin dibaca cin), karena ia beranggapan meski negara mereka lebih kuat daripada Jin Timur (teletak di sebelah selatan sungai Yangtse), namun lantaran Qin (baca: jin) belum lama memersatukan wilayah utara, peluang itu belum matang, ditambah lagi Jin Timur memiliki pertahanan alami sungai Yangtse, maka itu untuk melakukan agresi ke wilayah selatan bukanlah hal mudah.

Akan tetapi Fu Jian yang berambisi secepatnya memersatukan Tiongkok sama sekali tidak memedulikan hal ini. Ia beranggapan sungai Yangtse tak perlu ditakuti, puluhan ribu prajurit Jin yang berada di sebelah selatan tak mungkin mampu menandingi dirinya, itulah mengapa terlontarlah perkataan jumawa yang kemudian menjadi peribahasa "Melempar pecut memutus arus".

Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan Qin-awal, kerajaan Jin Timur juga memiliki kemampuan pertahanan yang cukup solid, terutama Xie Xuan yang telah membentuk dan melatih pasukan digdaya yang ditakuti lawan yakni: "Pasukan Beifu" di Jing Kou dan berhasil berulang kali menangkal agresi pasukan Qin ke arah selatan.

Pada 383, Fu Jian memimpin pasukan infantri berjumlah 600.000 prajurit diiringi dengan 270.000 prajurit berkuda (kavaleri) menuju selatan siap menggempur Jin Timur. Dalam menghadapi agresi besar-besaran Qin itu, perdana menteri Jin Timur, Xie An, mengusulkan Xie Shi, adiknya, sebagai panglima besar. Xie Xuan sang keponakannya diangkat sebagai pasukan garda depan dan memimpin pasukan yang berkekuatan 80.000 prajurit guna menyongsong ke barat menghadapi kekuatan utama musuh di sebelah barat sungai Huai.

Pasukan induk Fu Jian bergerak terus ke posisi lawan dan pasukan pionir sang adik Fu Rong telah menduduki daerah Shou Yang. Fu Jian berkalkulasi, menaklukkan daerah selatan sungai Yangtse sudah 90% di tangan, maka ia mengutus Zhu Xu seorang mantan jenderal Jin yang tertawan untuk menganjurkan bekas teman-temannya di selatan agar mau menyerah. Tak dinyana setelah Zhu Xu tiba di kubu lawan, malah membocorkan kondisi pasukan Qin kepada Xie Shi: "Jangan sampai pasukan Qin yang berjumlah hampir 1 juta itu sampai berkumpul, saat itu pasti susah dilawan. Mumpung mereka belum lengkap menggelar pasukan, segera lancarkan serangan kilat, agar menjatuhkan semangat tempur dan mental mereka."

Xie Shi dan Xie Xuan menyetujui strategi itu. Pada bulan ke-11, Xie Xuan mengutus jenderal pemberani Liu Lao Zhi (komandan pasukan Beifu) menggempur kota Luo Jian, dengan demikian babak pertempuran akbar Fei Shui telah dibuka. Jenderal Liu Lao Zhi membawa pasukan elit berjumlah 5.000 orang melakukan serangan kilat terhadap pasukan Qin yang kocar-kacir dibuatnya hingga menewaskan jenderal utama Liang Cheng dan adiknya Liang Yun yang kemudian prajurit bersama perwira mereka berebut melarikan diri melintasi sungai Huai.

Setelah kemenangan besar itu, semangat pasukan Jin melonjak dan selagi berada di atas angin mereka mengejar terus. Bersamaan itu Xie Shi mengerahkan pasukan marinir dan berhasil mencapai pantai timur Fei Shui (kini Fei He di selatan kota kabupaten Shou Chun propinsi An Hui) dan bermarkas di tepi gunung Ba Gong (baca: Pa Kung) serta berhadap-hadapan dengan pasukan Qin yang bercokol di tepi utara.

Fu Jian dan Fu Rong bersaudara mendaki menara intai di tembok kota Shou Chun, menerawang pasukan Jin di seberang sungai, nampak formasi pasukan yang rapi dengan prajurit bersemangat tempur tinggi, sampai-sampai ketika menengok ke arah gunung Ba Gong di utara, saking berubah ciut nyalinya ia sampai tidak bisa membedakan prajurit dengan pepohonan, sehingga iapun menjadi semakin cemas.

Kesombongannya mulai anjlok dan ia berkata kepada adiknya: "Pasukan Jin ternyata musuh yang alot dan kuat, bagaimana kamu bisa bilang mereka lemah?"

Kala itu lantaran pasukan Qin menyusun formasinya merapat di tepi barat, pasukan Jin tak mampu menyeberang, hanya mampu bertahan dari seberang sungai. Xie Xuan menyadari akan kekurangan diri sendiri dalam hal jumlah pasukan dan logistik, berarti akan sangat riskan jika bertahan terlalu lama. Ia mempunyai ide dan mengutus orang menemui Fu Rong dan menyampaikan pesan: "Jika pasukan Qin betul-betul menghendaki perang penentuan, harap kosongkan sebidang tanah agar pasukan saya dapat menyeberangi sungai Fei, kini pasukan Qin begitu merapat pada tepi sungai Fei, bagaimana kita dapat menentukan kalah dan menang?"

Maksud Fu Jian, strategi yang dipakai pihak lawan itu hendak ia lawan dengan hal yang sama. Ia sengaja membiarkan pasukannya agak mundur, begitu pasukan lawan mencapai tengah sungai, ia akan kerahkan pasukan kavaleri untuk menggempur, dan menurutnya mereka pasti akan menang. Tak disangka, semangat tempur pasukan Qin sangat rapuh. Begitu mundur langsung kehilangan kendali dan formasi pun menjadi kacau. Pasukan Xie memimpin 8.000 lebih pasukan berkuda berhasil menyeberang dan melancarkan serangan gencar. Sekaligus ia mengatur Zhu Xu, mantan jenderal yang tertawan musuh, untuk melancarkan perang psikologis dengan meneriakkan isu di garis belakang pasukan Qin: "Pasukan Qin kalah! Pasukan Qin kalah!"

Di dalam kekacauan itu, Fu Rong terkejar oleh pasukan Jin dan tewas terbunuh. Pasukan Qin yang kehilangan panglima utama dan pasukan garis depan yang desersi menimbulkan kepanikan pasukan garis belakang yang segera melakukan langkah seribu ke arah utara. Pasukan Qin kalah telak ibarat gunung yang runtuh, Fu Jian sendiri juga terluka oleh serangan panah, pasukan Qin lari terbirit-birit dan tidak berani berhenti di sepanjang jalan, sampai-sampai suara angin dan pekikan burung bangau pun dikira pasukan Jin yang berhasil menyusul.

Dalam medan laga di Fei Shui (sungai Fei), pasukan Qin yang terbasmi dan melarikan diri berjumlah 700.000 orang. Pasca perang, negara Qin membutuhkan waktu lama untuk pulih dari kekalahan tersebut. Fu Jian pada tahun 385 terbunuh oleh suku Jiang yang dipimpin Yao Chang, berbagai suku di wilayah utara Tiongkok beramai-ramai menyatakan kemerdekaan dan secara berturut-turut telah mendirikan sepuluh kerajaan kecil, situasi pun lagi-lagi tenggelam dalam perpecahan hingga pada tahun 439, negeri Wei Utara berhasil mempersatukan lagi wilayah Tiongkok utara.

Jin Timur yang menguasai wilayah Tiongkok selatan masih melanjutkan kekuasaannya puluhan tahun setelah itu hingga berakhir pada tahun 420 ketika Liu Yu merebut kekuasaan dan diikuti mengubah nama negeri itu menjadi Song dan terbentuklah konfrontasi antara dua dinasti utara dan selatan. Pada 589, dinasti yang bercokol di utara dan selatan (sungai Yangtse) tersebut dipersatukan oleh kaisar Sui Wen Di, pendiri dinasi Sui. (*)

http://yinnihuaren.blogspot.com
Email dari: Linda Lim, Surabaya

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA