Segera sesaat teman Luo Xun duduk di kamar si pencuri, mereka segera memeriksa bawaan si pencuri. Mereka mengeluarkan dan menunjukkan pada Luo Xun pakaian di dalam. Luo Xun segera meninggalkan ruangan dan dengan menyesal berkata pada si pencuri, "Tidaklah aneh apabila dua orang memiliki pakaian yang sama. Teman sekamar saya pasti telah mabuk hingga melakukan perbuatan bodoh seperti itu!"
Setelah Luo Xun kembali ke kamarnya, ia berkata pada teman sekamarnya, "Tidak masalah bagiku kehilangan sebuah pakaian murah. Apabila saya merusak reputasi orang tersebut, bagaimana ia dapat memiliki teman di antara mereka yang pandai?"
Pada ujian dinas perdata seprovinsi, nama Luo Xun berada di deretan atas. Kemudian ia menjadi seorang anggota pemerintah tingkat tinggi.
Luo Xun masih belum dapat memiliki seorang putra saat usianya 40 tahun. Suatu hari ketika ia sedang dalam perjalanan yang ada hubungan dengan pekerjaannya, ia berhenti di sebuah kuil Buddha. Ia melihat tujuh peti jenasah yang ditinggalkan di dalam biara kerena keluarga yang ditinggalkan tidak mampu membeli tanah untuk dikubur. Ia menggunakan gajinya untuk membeli tanah kuburan bagi jenasah-jenasah tersebut dan memohon pada biksu untuk melaksanakan upacara pemakaman. Malam itu ia bermimpi seorang dewa mengatakan padanya bahwa ia akan diberi seorang anak.
Kemudian, sungguh istrinya benar-benar melahirkan seorang putra yang bernama Luo Hongxian. Luo Xun memberi panggilan anaknya Nian'an, yang berarti, "memikirkan hal baik" dalam bahasa Mandarin.
Di tahun ke delapan Periode Jiajing (1521–1566 Masehi.) dibawah pemerintahan Kaisar Sudi, Luo Nian'an memenangkan tempat pertama ujian negara. Luo Nian'an akhirnya menjadi seorang sarjana terkenal yang mencurahkan perhatiannya pada pelajaran klasik dengan pendekatan rasional. [Anastasia Kang / Dumai]