BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 08 Januari 2012

NABI KHONGHUCU (0): MENGENAL RIWAYATNYA

Sejarah mencatat, Nabi Khongcu hidup pada Jaman Chun Chiu (Jaman Musim Semi dan Musim Rontok). Tentang jaman ini baiklah kita menengok sejenak ke jaman kuno itu.
 
Di dalam Sejarah Suci Agama Khonghucu kita mengenal Raja Suci Tong Giau (2,357 SM – 2,255 SM) dan Raja Suci Gi Sun (2,255 SM – 2,205 SM). Setelah jaman raja suci itu, selanjutnya kita mengenal adanya Tiga Dinasti. Yang dimaksud dengan Tiga Dinasti itu ialah:

1. DINASTI HE (2,205 SM – 1,766 SM), didirikan oleh I Agung yang didampingi Nabi Ik dan berakhir pada jaman pemerintahan Raja He Kiat atau  Kiat Kwi.

2. DINASTI SIANG atau IEN (1,766 SM – 1,122 SM), didirikan oleh Raja Sing Thong yang didampingi Nabi I Ien dan berakhir pada jaman pemerintahan Raja Tiu atau Ien Siu.
3. DINASTI CIU (1,122 SM – 255 SM) didirikan oleh Raja Bu atau Ki Hwat, putera kedua Nabi Ki Chiang atan Bun Ong, didampingi oleh adiknya yang keempat, Nabi Ciu Kong atau Ki Tan; dan berakhir pada jaman pemerintahan Raja Ciu Lam Ong yang menyerah kepada Kaisar Pertama Dinasti Chien atau Chien Si Ong. Jaman Chun Chiu ialah jaman pertengahan Dinasti Ciu.
 
Pemerintah Dinasti Ciu mengalami kejayaan dalam pemerintahan Raja Bu (1,134 SM – 1,115 SM), Raja Sing (1,115 SM – 1,078 SM), dan Raja Khong (1,078 SM – 1,052 SM) dan mengalami kekacauan dan kemerosotan pada jaman pemerintahan Raja Lee (878 SM – 827 SM) dan mengalami kehancuran ibukota Hau Khia pada jaman Raja Ciu Yu Ong (827 SM – 770 SM) karena diserbu orang-orang Khian Jiong (Tartar) dan Raja Yu terbunuh. Puteranya, Ciu Ping Ong (770 SM – 719 SM) memindahkan ibukota ke Loo Iep dan sejak itu (770 SM) Dinasti Ciu dinamai Dinasti Ciu Timur.
 
Pada Jaman Dinasti Ciu Timur ini, kekuasaan raja-raja Dinasti Ciu menjadi sangat lemah dan bergantung kepada raja muda-raja muda pemimpin. Raja Muda Pemimpin adalah raja muda negara bagian yang berhasil menghimpun kekuasaan dan atas nama kaisar memimpin dan memerintah raja muda-raja muda lainnya.

Ada Lima Raja muda Pemimpin yang termashyur, yakni Cee Hwan Kong (Raja Muda Pemimpin bernama Hwan dari Negeri Cee), Song Siang Kong, Cien Bun Kong, Chien Bok Kong, dan Cho Cong Ong yang berturut-turut memegang kekuasaan. Pada masa hidup Nabi Khongcu meskipun tidak resmi, yang menjadi Raja muda Pemimpin ialah Raja Hu Chai dari Negeri Go dan selanjutnya Raja Ko-cian dari Negeri Wat atau Viet.

Jaman berkuasanya raja muda-raja muda pemimpin inilah yang dinamai jaman Chun Chiu (722 SM – 481 SM) yang didasarkan kepada Kitab Chun Chiu yang dibukukan oleh Nabi Khongcu; dimulai dari tahun pertama pemerintahan Raja muda Ien dari Negeri Lo sampai peristiwa terbunuhnya Sang Kilin (tahun ke-14 pemerintahan Raja muda Ai dari Negeri Lo, 481 SM).

Pada Jaman Chun Chiu itu dikenal berpuluh bahkan beratus Negeri Bagian Dinasti Ciu seperti: Cee, Song, Cien, Chien, Cho, Go, Wat, Lo, Wee, Tien, Chai, dll. Pada jaman itu sering terjadi peperangan memperebutkan wilayah kekuasaan sehingga menimbulkan kekacauan dan penderitaan menimpa rakyat.

Di dalam jaman yang gelap itulah Nabi Khongcu lahir dan sebagai Bok Tok atau Genta Rokhani Tuhan YME mengajak dunia kembali mentaati ajaran Agama, menempuh Jalan Suci dan menggemilangkan Kebajikan.

Karena itu, dapat dibayangkan betapa berat tugas suci yang dilaksanakan Nabi Khongcu.
 
Setelah berakhir Jaman Chun Chiu, kekacauan bukan berkurang bahkan menjadi-jadi; banyak negeri-negeri kecil ditelan negeri yang lebih besar dan muncullah tujuh negara besar yang sudah tidak menganggap kekuasaan raja Dinasti Ciu lagi: – kepala negaranya menyebut dirinya 'raja'. Yaitu, Negeri Cee, Yan, Cho, Chien, dan Negeri Cien pecah menjadi tiga negeri: Thio, Gwi, Han.

Tujuh negeri ini selalu berperang berebut kekuasaan. Negeri Chien adalah yang paling ditakuti sehingga beberapa kali enam negeri itu bersekutu  menghadapi Negeri Chien tetapi selalu dapat dicerai-beraikan. Jaman saling berperangnya tujuh negara itu dinamai Jaman Cian Kok atau Peperangan Antarnegara (403 SM – 221 SM) yang baharu berakhir setelah seluruh negara itu berhasil disatukan oleh Negeri Chien pada tahun 221 SM. Demikianlah bagian akhir jaman Dinasti CIU.
 
Menurut catatan, Nabi Khongcu adalah keturunan Siat, Menteri Pendidikan (Su Tho) pada jaman Raja Suci Giau dan Sun, Bapak Suci umat Ji Kai, Agama Khonghucu itu.

Salah seorang keturunan Siat ialah Baginda Sing Thong, pendiri Dinasti Siang. Raja terakhir Dinasti Siang, Raja Tiu mempunyai seorang kakak bernama Bicu Khee yang dianggap sebagai nenek moyang langsung Nabi Khongcu.
 
Setelah Dinasti Siang tumbang dan berdiri Dinasti Ciu, oleh kebesaran jiwa Raja Bu dan Nabi Ciu Kong, maka Bicu Khee diangkat menjadi Raja muda Negeri Song untuk lestarinya kurun Dinasti Siang dan tetap terawat kuil leluhurnya (Cong Bio). Bicu Khee tidak mempunyai anak, karena itu kedudukannya diwariskan kepada adiknya yang bernama Bi Tiong. Keturunan Bi Tionglah yang turun-temurun memerintah Negeri Song.
 
Bi Tiong berputera Song Kong Khee; Song Kong Khee berputera Ting Kong Sien; Ting Kong Sien berputera Bien Kong Kiong; Bien Kong Kiong berputera Siang Kong Hi; Siang Kong Hi berputera Hut Hu Hoo.
 
Hut Hu Hoo tidak mewariskan kedudukannya kepada puteranya melainkan kepada saudaranya: Song Lee Kong. Meski demikian, keturunan Hut Hu Hoo tetap bangsawan yang terpandang di Negeri Song.
 
Hut Hu Hoo berputera Song Hu Ciu; Song Hu Ciu berputera Si Hu Sing; Si Hu Sing berputera Cing Khoo Hu; Cing Khoo Hu berputera Khong Hu Ke. Mereka itu, semuanya bernama marga Cu, tetapi keturunan Khong Hu Ke mengganti nama marga, yaitu mulai menggunakan nama marga Khong.
 
Khong Hu Ke berputera Khong Kiem Hu; Khong Kiem Hu berputera Khong Koo I; Khong Koo I berputera Khong Hong Siok.
 
Pada masa hidup Khong Hong Siok ini terjadi huru hara di Negeri Song oleh ulah kepala keluarga Hwa. Mereka berhasil merebut kekuasaan dan melakukan fitnah terhadap Khong Hong Siok, maka keluarga Khong meninggalkan Negeri Song dan mengungsi ke negeri Lo dan akhirnya menetap di sana.
 
Khong Hong Siok berputera Khong Pik He; Khong Pik He berputera Khong Hut, alias Siok Liang; Siok Liang Hut inilah ayah Nabi Khongcu.

Riwayat Hidup Nabi Khongcu ini akan kita mulai dari sini.
 
Baik kiranya kita ketahui bahwa pada waktu itu Dinasti Ciu diperintah oleh Raja Ciu Ling Ong (571 SM – 544 SM) dan Negeri Lo diperintah oleh Raja muda Lo Siang Kong.
 
Seperti juga raja muda-raja muda lain pada jaman Chun CHiu, Lo Siang Kong memerintah negerinya seperti negeri yang lepas dari Dinasti Ciu; tetapi kekuasaan Raja muda Negeri Lo sendiri ternyata dikuasai oleh Tiga Kepala Keluarga Bangsawan Besar Negeri Lo yaitu Kepala Keluarga Kwi Sun, Siok Sun, dan Bing Tiong Sun.
 
Negeri Lo terletak di bagian tengah jazirah Shantung, terjepit antara Negeri-Negeri Cee, Wee, Coo, Song, dan Go. Di bagian utara Negeri Lo, berbatasan dengan Negeri Cee terletak Gunung Thai San, gunung suci tempat raja-raja purba melakukan sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 
Negeri Lo biarpun negeri kecil tetapi mempunyai kedudukan penting di dalam Dinasti Ciu karena raja muda-raja muda Negeri Lo adalah keturunan Nabi Besar Ciu Kong, adik Raja Bu. Raja muda Negeri Lo bertugas mewakili raja Dinasti Ciu melakukan sembahyang besar kepada Thian, Tuhan Yang Maha Esa di Gunung Thai San dan ibukotanya sebagai pusat kebudayaan, ialah kedua setelah ibukota Dinasti Ciu.
 
Demikianlah sekedar pendahuluan mengikuti riwayat Nabi kita. Semoga Thian, Tuhan Yang Maha Esa meridhoi. [Bersambung]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA