Pu Songling lahir di keluarga pedagang yang jatuh miskin di Zichuan (sekarang daerah Shandong pada tahun 1640). Pada umur belasan ia telah dinikahkan dan diberi wejangan agar mengejar ujian negara demi menjadi pejabat karena kedua kakaknya adalah Sarjana negara.
Ada sebuah cerita yang Pu Songling yakini selama hidupnya adalah bahwa ia adalah reinkarnasi dari seorang biksu. Pada jam kelahirannya ayah Pu Songling sedang tertidur memimpikan seorang biksu yang kumal mendekatinya, di lengannya terdapat tato simbol lonceng. Ia kemudian terbangun dan lahirlah putranya yang ketiga. Anehnya putranya itu memiliki tato yang sama dengan sang biksu.
Pada umur 20 tahun ia menyaksikan sendiri kekejaman pemerintah Manchu di bawah bendera dinasti Qing. Orang Manchu adalah suku yang akhirnya menjajah daratan Cina dan menggulingkan dinasti Ming. Saat itu kebebasan berbicara dilarang keras dan pembantaian dilakukan di mana-mana demi menekan pemberontakan patriot Cina. Hal itu membuat pria-pria zaman itu mencari cara menyalurkan pemikiran mereka dengan cara mencari hobi. Kesukaan Pu Songling pada makhluk gaib adalah satu dari sekian banyak hobi aneh yang muncul zaman itu. Hobi aneh lainnya adalah mengoleksi dan menghormati batu, perkebunan, menggigiti kuku, dan lain lain.
Pu Songling seperti pelajar umumnya menginginkan lulus dalam ujian negara tapi entah mengapa ia tidak pernah berhasil. Pada umur 19 ia mendapat gelar xiucai (sarjana) pada tingkat kota. Ia pun gagal terus-menerus di tingkat provinsi biarpun pada akhirnya pada umur 71 ia diberikan gelar Gongsheng (Sarjana Kehormatan di Institut Pendidikan Kerajaan). Sejak kegagalannya ia mencurahkan hidupnya untuk menulis Kisah Aneh Liaozhai. Ia begitu menyukai cerita-ceritanya. Bahkan ada suatu legenda yang menyebutkan bahwa para hantu dan siluman yang ia tulis dalam karyanya menjadi cemburu jika ia memasuki ruangan ujian kenegaraan. Mereka akan merasuki pikiran Pu Songling sampai akhirnya karya ujian kenegaraannya akan berisi tentang hantu dan siluman.
Pada umur 25 tahun ia terpaksa keluar dari rumah keluarganya karena keluarganya tidak mampu menghidupi banyak orang. Sejak itu ia menjadi guru privat di keluarga-keluarga bangsawan. Sejak itu ia mulai menulis Kisah Aneh Liaozhai di sela-sela kegiatan mengajarnya.
Ia menulis Kisah Aneh Liaozhai berdasarkan Catatan Sejarah Agung (Hanzi tradisional: 史記; bahasa Tionghoa: 史记 karya Sima Qian dan Zhuangzi. Ia pun menulis berdasarkan kata-kata Sima Qian yang berbunyi: "Kaisar Wen yang menemukan Prinsip Perubahan saat dipenjara, Konfusius yang menulis Catatan Musim Semi dan Musim Gugur ketika terjebak di Chen Ji. Penyair Qu Yuan menulis Antologi Yi Shao setelah dibuang ke Jiangnan, Zhuo Qiuming menulis kisah klasik Guo Yu setelah menjadi buta. Sun Bin menulis analek militer setelah kehilangan kedua kakinya. Lu Buwei menulis Analek Musim Semi dan Musim Gugur tentang Lu setelah dibuang ke Chu dan Han Feizi menulis berbagai kisah klasik ketika dipenjarakan di negara bagian Qin."Sima Qian sendiri menulis Catatan Sejarah Agung karena ia telah dikebiri, dan dikebiri pada waktu itu sama dengan kematian bagi para sarjana.
Saat itu Pu Songling menyamakan keadaannya dengan keadaan Sima Qian. Ia menderita karena kegagalannya terus-menerus membuatnya frustasi dan enggan mengejar gelar sarjana di tingkat yang lebih tinggi.
Pada awalnya Kisah Aneh Liaozhai adalah sebuah hobi penggisi waktu luang saja untuk Pu Songling. Selain Kisah Aneh Liaozhai ia pun sempat menulis puisi dan beberapa cerita. Kemudian setelah berjalan satu dekade ia baru menyadari kalau Kisah Aneh Liaozhai adalah karya terbesar hidupnya dan volume terakhir darinya konon adalah hasil terbaik dari 30 tahun ia menulis Kisah Aneh Liaozhai. Karena ia adalah penulis dari Kisah Aneh Liaozhai, maka orang-orang menjulukinya "Sejarawan Aneh".
Setelah kematiannya, cucunya, Pu Lide, yang juga penggemar Kisah Aneh Liaozhai, mencoba mempublikasikan karya kakeknya itu. Ia sangat senang karena pada akhirnya sang Sejarawan Aneh bisa dikenal ke seluruh dunia.
Dikisahkan Pu Songling kerap mentraktir orang-orang yang memberinya cerita tentang makhluk gaib. Tiap malam ia akan mendatangi kedai teh dan meminta orang-orang disana untuk bercerita. Jika cerita itu menginspirasi dirinya ia tak segan mengeluarkan uang dan pulang dengan ide cerita baru. Menurut penelitian professor Sastra Cina di Universitas Chicago, Judith Zeithlin, kemungkinan ini hanya legenda dan kebenarannya tidak dapat dibuktikan. Pu Songling semasa hidupnya tidak memiliki banyak uang sehingga menghambur-hamburkan uang begitu saja tidak mungkin dilakukan.
Legenda lain mengatakan bahwa ia banyak dikirimi surat-surat berisi cerita makhluk gaib dari teman dan kenalan-kenalannya. Kembali menurut Professor Judith Zeitlin legenda ini tidak mungkin karena Pu Songling belum terkenal semasa hidupnya sehingga kecil kemungkinan untuk orang mengenal dan mengiriminya surat. (*)
http://yinnihuaren.blogspot.com
Email dari: Mina Lim, Balikpapan