Kalimat ini sungguh benar! Seandainya jika kita hidup berdampingan secara damai dengan makhluk hidup lainnya.
karena bagaimanapun mereka juga merupakan satu bagian dari ekologi dan merupakan salah satu mata rantai dalam alam. Tempat yang rindang, nyaman, sepi juga leluasa, sudah cukup nyaman, bagaimanapun juga kita boleh serakah dan tak mengenal puas.
Sesungguhnya, kekurangan di dunia ini terlalu banyak, bagaimana bisa terhitung? Dalam buku You Meng Ying karya Zhang Chao, tertulis ada sepuluh penyesalan yang didiskusikan untuk mengurai kerisauan. Dia mengatakan dengan rincian:
1. menyesalkan buku mudah berayap,
2. menyesalkan malam musim panas bernyamuk,
3. menyesalkan balkon mudah bocor,
4. menyesalkan daun bunga seruni banyak layu,
5. menyesalkan pohon pinus bersemut besar,
6. menyesalkan daun bambu mudah rontok,
7. menyesalkan bunga Guihua (Sweet Osmanthus) dan teratai mudah rontok,
8. menyesalkan ara panjat dan lobak menyembunyikan ular,
9. menyesalkan rak bunga berduri,
10. menyesalkan ikan gembung beracun."
Guru saja masih demikian, apalagi kami yang sebagai orang awam, bagaimana bisa terhindari? Yang paling penting adalah memahami dan menerima segala kekurangan itu.
Khusus mengagumi dua kalimat dalam syair Wang Wei, seorang pujangga zaman Dinasti Tang, "Berjalan hingga tempat tiada air, duduk dan memandang awan muncul." Dalam syair itu menampakkan ketenangan dan kenyamanan, kalem dan bebas, membuat semua orang mendambakannya.
Kehidupan itu adalah sepotong perjalanan, setiap masa berkemungkinan terjadi kekurangan 'tiada air', tetapi jika bisa menggunakan taraf seperti kata-kata dalam syair menghadapi kesulitan, kalau bisa demikian, maka setiap saat akan mendapatkan keindahan 'awan muncul', maka dalam kehidupan juga memiliki perbalikan, memiliki vitalitas.
Ketika berada dalam jalan buntu jangan putus harapan, karena situasi itu adalah awal mula suatu harapan. [Ernawati H / Medan] Sumber: Kebajikan