Dinasti Tang dari abad ke-7 hingga abad ke-10 merupakan salah satu dinasti yang melahirkan pengaruh paling besar dalam sejarah Tiongkok. Pemerintah Dinasti Tang tidak hanya makmur tetapi juga kuat dan telah memainkan peran penting di seluruh kawasan Asia Timur. Pada waktu awal berdirinya Dinasti Tang, kepala suku di barat daya Songtsam Gambo telah menyatukan Tibet dan mendirikan pemerintahan Negeri Tubo yaitu pemerintahan Tibet kuno.
Saat pemerintahannya yaitu sebagai raja Negeri Tubo, Songtsam Gambo telah memutuskan seri ketetapan untuk mengembangkan ekonomi dan kebudayaan. Ia menciptakan kata danistilah dalam bahasa Tibet, memperkenalkan Buddha dan menerjemahkan kitab-kitab agama Buddha. Selain itu, Songtsam Gambo juga meningkatkan hubungan erat dengan pemerintah Dinasti Tang, mempelajari teknik produksi dan kebudayaan yang maju dari pemerintah Dinasti Tang dan dua kali mengirim utusan ke pemerintah Dinasti Tang untuk menikah dengan putri beliau.
Pada tahun 640 Masehi, Kaisar Dinasti Tang Li Shimin telah menyetujui permohonan Songtsam Gambo dan sanggup menikahkan Putri Wencheng dengan Songtsam Gambo.
Songtsam Gambo sangat gembira saat mengetahui berita tentang kedatangan Putri Wencheng dari Dinasti Tang ke Tubo untuk menikahinya. Beliau yang diiringi oleh pembesar dan tentaranya telah pergi ke tempat sumber Sungai Kuning yang merupakan perbatasan antara pemerintah Dinasti Tang dengan Tubo pada waktu itu untuk mengundang Putri Wencheng. Saat tiba di Lhasa, Putri Wencheng telah disambut baik dengan meriah oleh rakyat lokal.
Dalam pernikahan antara Putri Wencheng dengan Songtsam Gambo telah meningkatkan lagi perkembangan ekonomi lokal, menyebarkan kebudayaan Buddha dan merapatkan hubungan antara pemerintah Dinasti Tang dengan Tubo. Putri Wencheng menghadiahkan benih padi-padian dan sayur-sayuran yang dianugerahkan oleh ayahnya Li Shimin, Kaisar Dinasti Tang ke penduduk lokal dan memperkenalkan cara penanaman padi-padian dan sayur-sayuran dan teknik penggilingan tepung terigu dan fermentasi arak ke penduduk lokal. Putri Wencheng juga membawa pedati, kuda, unta dan lain-lain ke Tubo dan telah mendorong kemajuan masyarakat di sana. Pada waktu itu, Buddha telah populer dalam pemerintahan Dinasti Tang, maka Putri Wencheng telah membawa bersama pagoda Buddha, kitab-kitab agama Budaha dan patung Buddha ke Tubo.
Songtsam Gambo telah menerima rekomendasi Putri Wencheng tentang pembangunan kuil agama Buddha untuk menyebarkan agama Buddha di Tubo dan telah membangun Kuil Jokhang di kota Lhasa. Patung Buddha yang disembah di dalam Kuil Jokhang pada waktu ini sebenarnya telah dibawa oleh Putri Wencheng dari Changan pada waktu itu. Pangeran Wencheng telah menanam sebatang pohon Willow di depan kuil itu dan pohon tersebut terus dipelihara sampai sekarang. Nama gunung yang diberikan oleh Putri Wencheng terus digunakan sampai sekarang.
Songtsam Gambo sangat mencintai Putri Wencheng yang sopan dan berbakat itu. Oleh itu, beliau telah membangun Istana Potala yang tersergam megah untuk Putri Wencheng. Kamar yang pernah dihuni oleh mereka di dalam istana itu masih terpelihara dengan baik. Ada sejumlah besar lukisan dinding yang menggambarkan kondisi kehidupan mereka. Antaranya terdapat lukisan dinding yang menggambarkan perjalanan susah payah Putri Wencheng dari Changan ke Tubo dan kondisi beliau ketika dipersilakan dengan meriah setibanya di Lhasa.
Setelah Songtsam Gambo menikah dengan Putri Wencheng, hubungan persahabatan antara pemerintah Dinasti Tang dengan Tubo telah berkembang pesat. Pertukaran kunjungan pejabat dan saudagar antara pemerintah Dinasti Tang dengan Tubo sering dilaksanakan. Songtsam Gambo telah mengirim pemuda-pemuda Tubo untuk belajar di Changan dan pemerintah Dinasti Tang juga telah mengirim sejumlah besar tukang ke Tubo untuk memperkenalkan teknik dalam berbagai bidang. Ini telah mendorong perkembangan ekonomi dan kebudayaan Tubo. Raja Songtsam Gambo dan Putri Wencheng juga disanjung tinggi oleh rakyat Etnis Han dan Tibet secara turun-temurun. [Mei-Ing]