Menurut legenda kuno China, tinggallah seekor naga di pegunungan Tianshan, dan konon gemar memakan anak-anak kecil sampai akhirnya seorang pahlawan Uighur menebas naga ini dan memotongnya menjadi delapan bagian. Darah naga ini berubah menjadi gunung yang berwarna merah darah dan delapan potong bagiannya berubah menjadi delapan lembah di pegunungan ini, yang dikenal dengan nama "Pegunungan yang menyala".
Bagian dari pegunungan Tianshan mendapatkan nama, "Pegunungan yang menyala", dari kisah novel fantasi tentang seorang pendeta Buddha yang selalu didampingi oleh seekor Raja Monyet yang mempunyai kedikdayaan, yang berlari ke dalam dinding dalam perjalanan ziarahnya ke India pada abad ke-16, novel Perjalanan ke Barat, oleh penulis Dinasti Ming (1368-1644 AD), Wu Chengen.
Tidak lama setelah penemuan baru-baru ini, para arkeologi menemukan lebih banyak lagi pahatan wajah-wajah di batu karang pada sebuah kelompok batu-batu karang di perbukitan Wenquan. Zhang Tienan mengatakan bahwa kemungkinan pahatan batu ini berasal dari jaman yang sama dimana ribuan pahatan sebelumnya juga ditemukan di daerah Wenquan ini. Dan karena seluruh pahatan wajah ini menghadap ke Timur, kemungkinan hal ini merupakan ungkapan penghormatan kepada matahari.
Zhang Tienan mengatakan bahwa penemuan baru ini merupakan sesuatu hal yang penting sekali, dan menurut tafsiran dari wajah batu karang ini, dapat mengungkapkan kebudayaan, kehidupan sosial dan kepercayaan dari pengembara di bagian Utara Xinjiang.
Apakah penemuan modern ini kemungkinan suatu hari nanti akan menjadi bagian dari kisah legendaris pegunungan Tianshan? [Betty Oei / Pekanbaru]