Sebelum Cao Xunqin dilahirkan, tiga generasi keluarganya telah menjabat penting di Nanjing, terutama kakek Cao Xueqin yang sangat dihargai oleh Kaisar Kangxi. Namun, setelah Kaisar Yongzheng naik tahta, keluarga Cao Xueqin terlibat dalam konflik antara berbagai faksi politik. Ayahnya telah dipecat dari jabatannya dan harta keluarganya juga dirampas. Keluarga Cao Xueqin pindah ke Beijing, ibukota Dinasti Qing. Ketika Cao Xueqin berumur 16 tahun, posisi keluarganya telah menurun hingga ke tingkat terendah dalam masyarakat.
Ketika Cao Xueqin mulai menulis buku "Mimpi di Kamar Merah" yang disebut sebagai salah satu dari "empat karya Aung klasik Tiongkok" sekarang ini, Cao Xueqin yang telah miskin itu terpaksa pindah bersama istri dan anaknya ke kampung yang terpencil di bagian barat Beijing, dan letaknya tidak mampu membeli makanan untuk dirinya sekeluarga.
Cao Xueqin memasukkan semua perasaan dan pengalamannya ke dalam buku "Mimpi di Kamar Merah", dan menggambarkan lebih dari seratus karakter dari berbagai lapisan masyarakat di dalamnya. Buku ini dianggap telah mencapai puncak perkembangan cerita klasik di Tiongkok. Sayang sekali, sepuluh tahun kemudian, anak Cao Xueqin meninggal. Cao Xueqin merasa telah sedih lalu turut meninggal tidak lama setelah itu dengan meninggalkan karya besarnya yang belum diselesaikan itu.
Kini, di Tiongkok telah ada ilmuwan yang khusus menyelidiki buku "Mimpi di Kamar Merah". Fenomena ilmuwan yang menyelidikan sebuah cerita saja ini merupakan hal yang belum pernah terjadi dalam sejarah sastra Tiongkok, dan jarang terjadi dalam sejarah sastra dunia. (* V *)
--
http://yinnihuaren.blogspot.com
Diterjemahkan oleh: Chen Mei Ing - Jakarta